Peran Utama Petrus

Selasa, 29 Juni 2021 – Hari Raya Santo Petrus dan Santo Paulus

839

Matius 16:13-19

Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.”

***

Petrus selalu tampil sebagai wakil dan juru bicara kelompok inti, yakni kedua belas pengikut Yesus. Dalam daftar kelompok dua belas, ia selalu menjadi nama pertama. Bahkan Paulus, rasul yang sering dianggap “saingan” Petrus, juga mengakui peran utama Petrus. Dua minggu lamanya Paulus bertamu di rumah Petrus, tentu bukan sekadar untuk ngopi, tetapi untuk “berkonsultasi” dengan salah seorang saksi mata terpenting peristiwa Yesus.

Hari ini Petrus dan Yesus “berbalas pantun”, berbalas pengakuan tentang diri dan misi. Opini publik tentang Yesus tidak lebih dari seorang nabi besar yang “datang kembali”, entah itu Yohanes Pembaptis, Elia, atau Yeremia. Yesus tidak mencela pandangan umum itu, tetapi menginginkan jawaban yang lebih personal dari semua murid-Nya. Seperti biasa, Petrus tampil untuk berbicara. Deklarasinya tentang Yesus jelas dan tegas, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Sebelumnya, semua murid juga sudah menyembahYesus sambil berkata, “Sesungguhnya Engkau Anak Allah” (Mat. 14:33). Jadi, Petrus sekali lagi menyuarakan iman rekan-rekan-Nya.

Dua gelar Yesus ditampilkan olehnya: “Mesias” dan “Anak Allah”. “Mesias” menunjuk pada Yesus sebagai raja keturunan Daud, yang dinantikan kedatangannya untuk membebaskan rakyat. Muatan politisnya kental, apalagi diucapkan di dekat kota Kaisarea Filipi, kota yang dipersembahkan kepada Kaisar Agustus oleh Raja Filipus. Yesus diproklamasikan sebagai raja di kota kaisar! Gelar “Anak Allah” menekankan relasi erat Yesus dengan Bapa yang mengutus-Nya. Matius menambah rincian: “Anak Allah yang hidup”. Konon Kaisarea Filipi pada abad pertama adalah juga pusat penyembahan bagi dewa. Kiranya itulah yang mau  ditegaskan: Yesus adalah sang Anak dari Allah yang sejati. Ia jauh berbeda dari kaisar, yang berlindung pada dewa yang dapat mati.

Jawaban Yesus kepada Petrus menjadi juga pesan bagi semua murid-Nya. Pertama, Petrus patut berbahagia, sebab pernyataannya tentang Yesus adalah pewahyuan dari Bapa. Deklarasi itu bukan prestasi pribadi Petrus, tetapi terutama hasil penyataan dari Bapa. Petrus pantas berbahagia karena dialah yang mendapat privilese itu! Petrus yang pernah dicap oleh Yesus sebagai “orang yang kurang percaya” (Mat. 14:31), sebentar lagi bahkan dihardik sebagai “Iblis” (Mat. 16:23), serta nanti menjadi murid yang menyangkal Gurunya sampai tiga kali justru dimampukan Allah menjadi proklamator jati diri Anak-Nya. Dialah petra, batu dasar bagi Gereja Kristus. Dalam kisah Petrus ini, kita sebagai pribadi maupun jemaat, melihat kisah kita: Allah memilih kita sebagai pemberita Anak-Nya hanya karena kasih-Nya, bukan karena prestasi kita.

Kedua, Petrus yang dijadikan dasar Gereja Kristus diberi kuasa untuk menetapkan apa yang menjadi kehendak Allah (“kunci”), serta apa yang mengikat dan tidak mengikat, wajib dan tidak wajib dalam jemaat (“mengikat dan melepaskan”). Kuasa ini pun adalah pemberian Tuhan demi kebaikan jemaat-Nya. Kuasa dalam jemaat selalu bersifat anugerah dan pelayanan. Betapa sering anugerah dan pelayanan itu tenggelam oleh pelbagai perebutan kuasa dan hasrat untuk berkuasa! Sejarah Gereja Kristus, yang terus saja berselisih tentang fungsi dan peran Petrus, mungkin juga menjadi buktinya.