Markus 4:35-40
Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: “Marilah kita bertolak ke seberang.” Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. Lalu mengamuklah topan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?”
***
“Sebuah kapal diciptakan bukan untuk berlabuh di pelabuhan, tetapi untuk mengarungi samudra.” Pepatah ini mengajarkan kita bahwa tantangan dan masalah adalah bagian dari hidup manusia. Layaknya kapal yang menghadapi terpaan badai, kita juga akan menghadapi berbagai tantangan dan masalah. Di saat demikian, kita pasti bergumul.
Pertama, kita sering terserap ke dalam perasaan-perasaan kita. Seperti para murid, kita sering marah, takut, dan sedih. Hal itu manusiawi, tetapi suatu rasa yang berlebihan hanya akan merugikan. Kita perlu menyadari bahwa masalah ada bukan untuk diratapi, tetapi untuk diatasi. Karena itu, yang terpenting adalah mencari solusi.
Kedua, dalam situasi sulit, sering kali kita mudah menyalahkan orang lain, layaknya para murid menyalahkan Yesus ketika perahu mereka hampir tenggelam. Sikap menyalahkan muncul karena kita tidak mampu menguasai diri dan berdamai dengan keadaan. Dalam kasus-kasus tertentu, ada orang yang menganggap Tuhan “tidur”. Ia menilai Tuhan abai dan meninggalkannya. “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” Sebenarnya, kitalah yang terlelap dalam perasaan-perasaan kita, sehingga kurang mampu merasakan kehadiran Tuhan dan kuasa-Nya. Kita akan merasakan kehadiran Tuhan kalau kita menguasai diri, juga ketika kita menerima keadaan tanpa menyalahkan siapa pun.
Ketiga, masalah sering kali membuat kita kurang percaya. Saat itu, kita merasa terasing dari sesama dan Tuhan. Kita terisolasi, merasa sendirian, dan tak berdaya. Kita ragu pada diri sendiri, orang lain, bahkan Tuhan. Teguran Yesus pada para murid juga berlaku bagi kita. “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Teguran ini menyadarkan kita untuk percaya diri. Kita diciptakan dengan budi, hati, dan kehendak. Kita perlu memaksimalkan kemampuan kodrati ini. Teguran Yesus juga mengajar kita untuk percaya pada sesama. Kita tidak sendirian; ada orang di sekitar kita. Kita perlu melihat ke sekitar dan mencari bantuan. Akhirnya, teguran ini mengingatkan kita bahwa Tuhan tidak tidur. Ia selalu menyertai kita. Kita perlu belajar untuk percaya pada Tuhan, belajar bahwa Tuhan jauh lebih besar daripada masalah kita. Ia akan membimbing kita untuk mengatasi masalah-masalah kita.