Menanam Biji Sesawi yang Kecil

Minggu, 13 Juni 2021 – Hari Minggu Biasa XI

464

Markus 4:26-34

Lalu kata Yesus: “Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.”

Kata-Nya lagi: “Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil daripada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar daripada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.”

Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.

***

Dengan perumpamaan tentang benih yang tumbuh secara diam-diam, Yesus menggambarkan bahwa Kerajaan Allah dapat tumbuh di antara kita dengan cara yang tidak sepenuhnya kita pahami, sama seperti benih yang ditabur di tanah tumbuh sampai dipanen dengan cara yang tidak dipahami oleh petani. Kiranya ini bisa menjadi sumber pengharapan bagi kita yang mungkin tergoda untuk putus asa karena merasa bahwa cara-cara Allah bekerja di dunia ini maju dengan begitu lambat.

Pewartaan Kerajaan Allah pada akhirnya adalah pekerjaan Allah, dan pekerjaan itu selalu berjalan, bahkan ketika kita tidak melihatnya atau tidak memahaminya. Bisa jadi kita baru akan dilibatkan pada saat kedatangan-Nya, sama seperti petani yang baru berperan menjelang panen. Jadi, perumpamaan pertama dalam Injil hari ini memperingatkan kita agar tidak melebih-lebihkan peranan kita.

Perumpamaan kedua mengingatkan kita bahwa Allah dapat bekerja dalam situasi dan tempat yang bagi kita tampaknya sangat tidak menjanjikan. Ada perbedaan mencolok antara biji sesawi (yang terkecil dari segala jenis benih) dan pohon yang tumbuh darinya (pada cabang-cabangnya burung-burung di udara dapat bersarang). Awal yang tidak penting dapat membawa hasil yang luar biasa. Kerajaan Allah seperti itu. Pada awalnya, Kerajaan Allah sering dinyatakan dalam hal-hal kecil dan tampaknya tidak penting.

Bisa saja kita merasa bahwa iman kita tidak berarti, sekecil biji sesawi. Namun, Yesus meyakinkan kita bahwa Roh bekerja di dalam dan melalui iman seperti itu. Harapan kita bisa saja mengecil menjadi seukuran biji sesawi. Namun, perumpamaan ini mengatakan bahwa harapan yang kecil itu pun sudah cukup untuk dikerjakan oleh Tuhan. Segala usaha kita mungkin terlihat membuahkan hasil yang sangat kecil. Namun, perumpamaan tentang biji sesawi yang kecil ini meyakinkan kita bahwa Allah akan memperhatikan yang kecil, dan memastikan bahwa panen atau hasil dari yang awalnya kecil ini akan berlimpah ruah.