Yohanes 19:31-37
Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib — sebab Sabat itu adalah hari yang besar — maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya. Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: “Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan.” Dan ada pula nas yang mengatakan: “Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam.”
***
“Pak, uang THR dari kantor sudah cair belum?”
“Sudah, ‘kan kemarin sudah bapak kasih ke ibu.”
“Terus, ini uang apa yang di laci paling bawah meja kerja bapak?”
“Oh, itu uang sial!”
“Kok uang sial?”
“Iya, sial, karena sudah bapak sembunyikan ternyata masih ketahuan juga!”
Dialog humor tersebut mungkin pernah kita dengar di media-media sosial. Tidak jarang dalam hidup bersama, masih saja ada yang kita sembunyikan dari sesama, bahkan dari pasangan atau orang yang kita cintai. Masih saja kita mengalami kesulitan untuk mencintai sesama, termasuk pasangan kita sendiri, tanpa terbagi. Berbeda halnya dengan Yesus. Ia menyerahkan seluruh hidup-Nya demi keselamatan kita.
Bacaan Injil hari ini berkisah tentang kematian Yesus di kayu salib. Seorang prajurit menikam lambung Yesus dengan tombak, sehingga mengalirlah dari situ air dan darah. Air dan darah yang mengalir dari lambung Yesus tersebut selain menjadi tanda bahwa Yesus telah mati, juga menjadi bukti bahwa Ia secara total telah menyerahkan diri-Nya bagi dunia. Tiada sesuatu pun yang tersisa bagi diri-Nya sendiri.
Berkaitan dengan itu, ada kisah menarik dari Santo Fransiskus Assisi. Setelah pertobatannya, bersumber dari cintanya kepada Tuhan dan sesama, Fransiskus menyerahkan seluruh hidupnya dalam pelayanan yang suci. Di akhir hidupnya, Fransiskus mendapat stigmata, kelima luka Yesus, di tubuhnya. Stigmata yang diterima Fransiskus dari Tuhan Yesus sendiri menjadi tanda bahwa Tuhan sungguh berkenan dengan pertobatan dan persembahan hidup Fransiskus.
Hari ini kita merayakan Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus. Dari hati Yesus yang ditikam oleh dosa-dosa manusia, kita diajarkan untuk menyerahkan hidup kita kepada Tuhan dengan sepenuh hati, dan untuk sepenuh hati pula mencurahkan cinta kasih kepada sesama.