Yohanes 17:11b-19
“Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dari dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci. Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka. Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat. Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran.”
***
Kita masing-masing adalah bagian dari kebersamaan. Kesadaran ini akan membawa kita pada rasa syukur, sebab berarti Tuhan tidak pernah membiarkan kita sendirian. Kehidupan bersama menumbuhkan keyakinan kita bahwa Tuhan hadir dalam sesama yang setiap waktu ada bersama kita, entah sebagai keluarga, komunitas, rekan kerja, dan lain sebagainya. Kehidupan bersama yang kita alami setiap waktu merupakan perjuangan mewujudkan kesatuan yang mengatasi segala perbedaan.
Bacaan Injil hari ini mengajak kita untuk merenungkan arti kesatuan yang sesungguhnya, yakni kesatuan dalam Tuhan sebagai sumber cinta kasih yang melandasi segala hubungan dalam kebersamaan. Kesatuan yang ditawarkan Tuhan kepada kita adalah sebuah relasi cinta kasih yang tak terbatas, yang meneguhkan dan melahirkan sukacita sejati seperti kesatuan Yesus sendiri dengan Allah Bapa.
Yesus sendiri berdoa kepada Bapa agar kesatuan yang sama dianugerahkan Bapa kepada murid-murid-Nya. Kepada Bapa, Yesus memohon agar para murid dapat melanjutkan pewartaan dalam kesatuan yang meneguhkan walaupun akan menghadapi banyak tantangan dalam pewartaan tersebut.
Doa ini menjadi tanda betapa Yesus mengasihi murid-murid-Nya, sekaligus menjadi pemenuhan janji Yesus bahwa Ia akan terus bersama dan bersatu dengan mereka. Yesus hadir menyatakan cinta kasih-Nya kepada para murid dalam doa. Ia tahu bahwa mereka akan menghadapi banyak penderitaan dan tantangan. Yesus tidak meminta kepada Bapa agar menjauhkan mereka dari tantangan tersebut, tetapi meminta agar Bapa menganugerahkan kesatuan yang terikat oleh cinta kasih, kesatuan yang membawa harapan dan menumbuhkan iman, sehingga tantangan dan penderitaan itu tidak memisahkan mereka.
Satu dalam Dia adalah juga perjuangan kita semua sebagai pengikut Kristus. Doa Yesus ini bukan saja untuk murid-murid-Nya dahulu, melainkan juga untuk kita semua sekarang. Satu dalam Dia menuntut kita untuk membuka diri akan perbedaan yang ada, dan siap berjuang mengutamakan cinta kasih daripada meributkan perbedaan. Satu dalam Dia juga menjadi inspirasi bagi kita untuk membangun komukasi yang lemah lembut dan membawa daya-daya hidup bagi sesama untuk mewujudkan kesatuan dengan Tuhan sendiri. Doa Yesus menjadi kekuatan kita untuk membangun komunikasi yang dilandasi cinta kasih, yakni komunikasi doa.
Dunia saat ini masih dilanda kecemasan akan keberadaan virus corona yang seakan-akan membatasi kesatuan kita dengan sesama. Namun, dengan iman akan Dia, kita sesungguhnya diajak untuk menyadari betapa kita harus sungguh bersatu dalam menghadapi situasi sulit ini. Kesatuan yang utama adalah kesatuan dalam doa. Doa menjadi sarana bagi kita untuk menghadirkan sesama, terutama mereka yang menderita. Yesus rindu agar kita semua bersatu dan saling mendoakan, sehingga terbangunlah satu ikatan yang saling meneguhkan.
Doa Yesus juga menjadi peringatan bagi kita yang selama ini cenderung mendoakan diri kita sendiri atau keluarga kita saja. Doa kita juga sering kali masih dibatasi oleh hubungan timbal balik, di mana kita berdoa untuk sesama yang berbuat baik kepada kita saja.
Semoga ajakan Yesus untuk bersatu menjadi kekuatan dan semangat baru bagi kita untuk berani keluar dari diri kita sendiri. Kita berdoa bagi sesama, sehingga membuka hati kita untuk bersatu dalam Dia. Hari Minggu Komunikasi Sedunia yang kita peringati hari ini juga menjadi undangan bagi kita untuk membangun persatuan dalam komunikasi yang mendalam dan penuh makna, yakni dalam doa dan kata-kata yang membawa kehidupan bagi kita sendiri dan sesama.