Menjadi Kawanan Domba Yesus

Selasa, 27 April 2021 – Hari Biasa Pekan IV Paskah

1250

Yohanes 10:22-30

Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin. Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: “Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami.” Yesus menjawab mereka: “Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku. Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar daripada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu.”

***

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus masih berbicara tentang relasi antara gembala dan domba. Orang Yahudi saat itu mempertanyakan apakah Yesus sungguh Mesias. Yesus tidak menjawab pertanyaan itu dengan “ya” atau “tidak” karena merasa telah menyatakannya bukan hanya dengan kata-kata, melainkan juga dengan perbuatan-perbuatan.

Menurut Yesus, orang-orang itu tidak percaya karena mereka bukan domba-domba-Nya. Kalau mereka domba-domba-Nya, tentunya mereka mengenal Dia sebagai Mesias yang diutus Allah. Dengan ini, Yesus menyatakan kembali kedekatan relasi antara gembala dan domba. Gembala dan domba pasti saling mengenal dengan baik satu sama lain.

Sebagai orang yang mengimani Yesus, kita termasuk dalam kawanan domba-Nya. Yesus memberikan jaminan bahwa kita akan memperoleh kehidupan kekal. Kita tidak akan mengalami kebinasaan, dan tidak ada yang dapat merebut kita dari tangan-Nya. Bapa telah menyerahkan kita kepada Yesus, dan karena Yesus bersatu dengan Bapa, kita pun juga milik Bapa. Inilah kebahagiaan yang kita peroleh sebagai kawanan Yesus. Namun, pertanyaannya, apakah kita sudah sungguh mengenal suara Yesus? Sejauh mana kita telah mengikuti-Nya?

Ketika kita mendengarkan sebuah lagu, kita bisa menerka nama sang penyanyi bila kita mengenali suaranya. Kita mengenali suaranya bila sering mendengarkannya. Demikian halnya dengan suara Yesus, sang gembala. Kita akan mampu mengenali-Nya kalau terbiasa mendengarkan-Nya. Mungkin kita bisa memeriksa diri kita masing-masing: Berapa banyak waktu yang kita berikan untuk mendengarkan suara Tuhan? Berapa banyak waktu yang kita sisihkan untuk berbincang-bincang dengan Tuhan melalui doa? Kalau kita sudah mendengarkan dan mengenali suara Tuhan, apakah kita juga sudah mengikuti-Nya dalam setiap langkah hidup kita?