Mengasihi Musuh

Sabtu, 27 Februari 2021 – Hari Biasa Pekan I Prapaskah

165

Matius 5:43-48

“Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya daripada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna.”

***

Kesempurnaan sering dimengerti sebagai sesuatu yang tidak memiliki cacat cela sedikit pun, dan menjadi sempurna adalah kerinduan semua orang. Ini tidak masalah dan sama sekali tidak keliru, akan tetapi kita harus selalu ingat bahwa kesempurnaan memerlukan proses. Untuk sampai ke situ, kita harus mengalami jatuh bangun, kesedihan, kekecewaan, dan lain sebagainya. Harus kita sadari pula bahwa kesempurnaan merupakan proses yang berlangsung seumur hidup.

Bacaan Injil hari ini menunjukkan bagaimana kesempurnaan harus terwujud dalam relasi kita dengan sesama. Relasi ini dihiasi dengan kasih dan pengampunan. Bentuk konkretnya adalah mendoakan musuh, bahkan orang-orang yang menganiaya kita. Bagaimana kita dapat mencapai kesempurnaan? Kasihilah musuh dan berdoalah baginya. Berat? Benar sekali. Mencintai mereka yang mencintai kita saja sulit, apalagi mereka yang membenci, mengkhianati, dan menyakiti kita. Namun, cinta yang sempurna adalah cinta yang tanpa batas. Kita diajak untuk memiliki cinta yang seperti itu.

Mencintai musuh adalah salah satu ciri khas anak-anak terang. Teladannya tidak lain adalah Bapa sendiri, yang tanpa pandang bulu menurunkan hujan bagi orang yang baik maupun yang jahat. Ia juga menciptakan matahari bagi semua orang. Kasih Allah tercurah kepada semua insan tanpa kecuali. Karena itu, mari kita meladani kesempurnaan Bapa dengan berusaha bersikap seperti Dia.