Makanan Rohani dan Makanan Jasmani

Selasa, 5 Januari 2021 – Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan

939

Markus 6:34-44

Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.

Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini.” Tetapi jawab-Nya: “Kamu harus memberi mereka makan!” Kata mereka kepada-Nya: “Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?” Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!” Sesudah memeriksanya mereka berkata: “Lima roti dan dua ikan.” Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari sisa-sisa ikan. Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki.

***

Kisah pemberian makan kepada lima ribu orang adalah satu-satunya mukjizat Yesus yang diceritakan oleh semua Injil (Mat. 14:13-21; Mrk. 6:30-44; Luk. 9:10-17; Yoh. 6:1-13). Kisah ini memiliki varian, yakni pemberian makan kepada empat ribu orang (Mat 15:32-39 dan Mrk. 8:1-10). Yang kita dengarkan dalam bacaan Injil hari ini adalah kisah menurut Markus. Dalam Injil Markus, mukjizat yang sangat terkenal ini merupakan lanjutan dari kisah pengutusan kedua belas murid Yesus (Mrk. 6:6b-13).

Murid-murid yang sebelumnya diutus berdua-dua untuk mewartakan Kabar Baik telah kembali. Sadar bahwa mereka kelelahan, Yesus lalu mengajak mereka untuk menyendiri agar bisa beristirahat sejenak. Berangkatlah mereka naik perahu menuju tempat terpencil. Namun, dengan satu dan lain cara, arah perjalanan rombongan Yesus bisa diketahui orang banyak. Akibatnya, alih-alih tempat yang sunyi sepi, ketika berlabuh mereka langsung disambut oleh kerumunan manusia.

Melihat itu, seketika Yesus mengubah maksud perjalanan-Nya. Yang semula untuk menyepi dan beristirahat, kesempatan ini kemudian Ia manfaatkan untuk mengajarkan banyak hal kepada orang banyak. Yesus memberikan makanan rohani kepada mereka. Perubahan sikap ini tidak lain didorong oleh belas kasihan, sebab orang banyak itu seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Karena itu, Yesus berkenan menjadi gembala mereka dengan memberikan perlindungan, bimbingan, dan tuntunan.

Akan tetapi, masalah baru kemudian muncul. Orang banyak itu membutuhkan makanan, sebab saat untuk makan malam telah tiba. Para murid dengan pikiran manusiawi mereka mengusulkan agar kerumunan itu dibubarkan agar masing-masing orang bisa mencari makanan sendiri di tempat-tempat terdekat. Yesus menolak gagasan tersebut dengan berkata, “Kamu harus memberi mereka makan!”

Tentu saja para murid menjadi bingung. Bagaimana tidak, dana dan perbekalan mereka terbatas, sementara yang harus diberi makan jumlahnya sampai ribuan. Melihat kebingungan murid-murid-Nya, Yesus lalu bertindak. Lima roti dan dua ikan Ia lipat gandakan, sehingga orang banyak bisa makan sampai kenyang. Demikianlah, bersama Yesus, domba-domba tidak hanya mengalami keselamatan secara rohani. Mereka juga akan mengalami keselamatan secara jasmani.

Kisah mukjizat ini menggarisbawahi perbedaan sikap antara Yesus dan murid-murid-Nya. Sementara Yesus mengedepankan kepedulian dan belas kasihan, para murid bersikap sebaliknya dengan meminta agar orang banyak itu disuruh pergi saja. Meskipun sekilas tampak masuk akal, sikap mereka patut disayangkan. Para murid lupa bahwa mereka sedang bersama Yesus, lupa pula bahwa mereka sudah diberi banyak kuasa oleh-Nya. Semua yang dianugerahkan Yesus sebelum mengutus mereka pergi berdua-dua seakan musnah tak berbekas.

Kisah ini menegaskan pula bahwa Yesus tidak hanya memberikan makanan rohani. Ia juga memberikan makanan jasmani kepada domba-domba-Nya. Yesus mengerti bahwa manusia membutuhkan keduanya, tidak bisa salah satu saja. Lagi pula, dalam tradisi Yahudi, pengajaran dan makanan bukan merupakan dua hal yang saling bertentangan, sebab makanan dan minuman sering dijadikan lambang kebijaksanaan (Ams. 9:5; Sir. 15:3; 24:19-21). Demikianlah, kisah mukjizat ini menggambarkan Yesus sebagai guru yang sungguh memiliki kuasa dan kekuatan.

Situasi dunia saat ini sedang suram. Pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir membuat kita semua menderita. Banyak di antara kita harus menjalani kehidupan yang berat, seperti menderita sakit, kesulitan ekonomi, kehilangan pekerjaan, bahkan mungkin tidak tahu apa yang bisa dimakan esok hari. Inilah tantangan bagi kita, murid-murid Yesus masa kini. Apa jawaban kita atas situasi yang menyedihkan ini? Apakah kita menyuruh sesama kita untuk pergi saja? Meneladan Yesus, mari kita berbuat sesuatu, mari kita mengulurkan tangan kepada orang-orang sekitar yang memerlukan bantuan. Ingat, selain dukungan moral, mereka juga membutuhkan bantuan yang sifatnya material. Dengan memberikan keduanya kepada yang membutuhkan, kita sungguh-sungguh menghadirkan keselamatan Tuhan secara konkret.