Dipanggil untuk Setia

Rabu, 18 November 2020 – Hari Biasa Pekan XXXIII

213

Lukas 19:11-28

Untuk mereka yang mendengarkan Dia di situ, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka, bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan. Maka Ia berkata: “Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali. Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali. Akan tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami. Dan terjadilah, ketika ia kembali, setelah ia dinobatkan menjadi raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing. Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota. Dan hamba yang ketiga datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan. Sebab aku takut akan tuan, karena tuan adalah manusia yang keras; tuan mengambil apa yang tidak pernah tuan taruh dan tuan menuai apa yang tidak tuan tabur. Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri. Engkau sudah tahu bahwa aku adalah orang yang keras, yang mengambil apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku tabur. Jika demikian, mengapa uangku itu tidak kauberikan kepada orang yang menjalankan uang? Maka sekembaliku aku dapat mengambilnya serta dengan bunganya. Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang satu itu darinya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu. Kata mereka kepadanya: Tuan, ia sudah mempunyai sepuluh mina. Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, darinya akan diambil, juga apa yang ada padanya. Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku.”

Dan setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.

***

Belakang ini saya senang menonton acara talkshow yang dibawakan oleh Putri Tanjung. Ia adalah anak Chairul Tanjung. Walaupun ayahnya kaya raya, ia adalah sosok yang mandiri, bahkan sampai merintis bisnisnya sendiri. Putri memulai usahanya dari hal-hal kecil, seperti menjadi event organizer (EO). Pada usia 15 tahun, ia menjadi EO bagi temannya yang berulang tahun. Dari situ ia kemudian membangun usaha creativepreneurship. Caranya sederhana, ia mengundang orang-orang kreatif untuk memotivasi orang lain. Ia sekaligus belajar dari mereka. Demikianlah Putri berbisnis sambil belajar. Kini ia memiliki perusahaan media sendiri.

Kisah perjuangan anak muda itu menyadarkan kita bahwa hal besar dalam hidup selalu berawal dari hal yang kecil dan sederhana. Kegigihannya menyadarkan kita akan pentingnya perjuangan dan kesetiaan. Orang yang berjuang dan setia dalam hidupnya akan mendapat banyak berkat. Apabila ia berhasil mengurus hal-hal kecil, ia akan dipercaya untuk mengurus hal-hal yang lebih besar.

Dalam perumpamaan yang kita dengar hari ini, hal itu tampak dalam diri kedua hamba yang mengelola mina milik tuannya. Hamba pertama yang mendapat untung sepuluh mina dipercaya tuannya untuk mengelola sepuluh kota. Hamba kedua yang mendapat untung lima mina dipercaya untuk mengelola lima kota. Perumpamaan ini dengan jelas menunjukkan bahwa Tuhan menghargai kerja keras dan perjuangan seseorang. Mereka yang setia dan berkomitmen diganjar dengan berkat yang melimpah.

Saudara-saudari sekalian, mari kita belajar untuk bekerja keras dan setia dalam hidup kita. Sekalipun yang kita kerjakan hanyalah hal-hal kecil, dampaknya pada karakter kita akan sangat positif bila kita lakukan dengan serius. Sama seperti hamba-hamba itu menerima mina yang sama, kita dan orang-orang lain pun sebenarnya mengerjakan hal yang sama. Yang menentukan adalah karakter dan cara kita dalam mengelola kepercayaan yang diberikan kepada kita. Kata-kata St. Teresa dari Kalkuta berikut kiranya meneguhkan kita, “Kita dipanggil bukan untuk sukses, melainkan untuk setia.”