Lukas 16:1-8
Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara. Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul. Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang.”
***
Bacaan Injil hari ini menimbulkan banyak pertanyaan. Mengapa Yesus menggunakan perumpamaan tentang bendahara yang korupsi, tidak jujur, dan licik? Mengapa si tuan justru memuji kecerdikan bendahara tersebut di akhir cerita? Apa ajaran yang mau disampaikan Yesus di balik perumpaan ini?
Jika kita membaca dan merenungkan dengan seksama Injil Lukas bab 14 – 16, ada tiga hal yang hendak disampaikan Yesus, yakni tentang kehidupan kekal, tentang Allah yang berbelas kasih, dan tentang apa yang harus kita lakukan untuk memperoleh kehidupan kekal. Tema tentang kehidupan kekal dapat kita temukan dalam perumpamaan tentang perjamuan (Luk. 14:12-24). Tema tentang Allah yang berbelas kasih terdapat dalam perumpamaan tentang domba, dirham, dan anak yang hilang (Luk. 15). Sementara itu, Luk. 16 berbicara tentang apa yang harus kita perbuat untuk memperoleh kehidupan kekal, yang berpuncak pada kisah tentang Lazarus dan orang kaya. Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur termasuk dalam tema yang terakhir ini.
Yesus sering menggunakan perbandingan untuk menyampaikan maksud tertentu dalam ajaran-ajaran-Nya. Hal ini dapat kita temukan, misalnya, dalam Luk. 11:5-13 tentang seorang yang mengetuk pintu rumah temannya untuk meminta roti, dan seorang ayah yang tidak akan memberi ular kepada anaknya yang meminta ikan. Dalam perumpamaan tersebut, Yesus membandingkan kebaikan Allah dengan kebaikan manusia. Jika sebagai manusia, seseorang bisa baik dengan yang lain, apalagi Allah Bapa di surga. Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur juga menggunakan gaya perbandingan. Di akhir perumpamaan Yesus jelas membuat perbandingan, “Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang.”
Kecerdikan bendahara yang tidak jujur itulah yang digunakan Yesus untuk membandingkan kecerdikan anak-anak terang. Sangat wajar jika dalam perumpamaan ini, si tuan memuji kecerdikan si bendahara, sebab dimaksudkan untuk menekankan tindakan cerdik itu. Pujian ini bukan berarti Yesus menyetujui tindakan licik si bendahara. Yang mau disampaikan oleh-Nya adalah: Jika bendahara yang tidak jujur itu bisa memanfaatkan kesempatan yang ada untuk menyelamatkan masa depannya, demikian juga seharusnya kita. Kita seharusnya bisa memanfaatkan kesempatan (yakni anugerah) dari Allah untuk mempersiapkan masa depan kita (yakni hidup kekal).
Ibarat seorang tuan, Tuhan mempercayakan kekayaan-Nya kepada kita. Kekayaan itu adalah anugerah Roh Kudus, anugerah pengampunan, anugerah kasih, dan anugerah yang terbesar, yakni Putra-Nya sendiri sebagai penebus dosa dan penyelamat kita. Apakah kita sudah bertindak cerdik, seperti bendahara itu, dengan menggunakan anugerah yang diberikan Allah untuk keselamatan kekal kita?