Lukas 14:15-24
Mendengar itu berkatalah seorang dari tamu-tamu itu kepada Yesus: “Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang. Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap. Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang. Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh. Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada tempat. Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh. Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorang pun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku.”
***
Kita semua pasti pernah menghadiri sebuah pesta, entah itu pesta nikah, ulang tahun, syukur, atau pesta yang lain. Segala macam pesta memiliki ciri yang kurang lebih sama, yakni ada kegembiraan, keakraban, percakapan, canda tawa, serta tentu saja ada makanan dan minuman. Itulah pesta. Intinya, dalam pesta, selalu ada relasi yang intim dan menggembirakan.
Yesus menggunakan pesta atau perjamuan untuk menggambarkan undangan dari Allah bagi kita semua. Allah mengundang kita untuk memiliki relasi yang intim dan penuh kegembiraan dengan-Nya. Namun, apakah semua orang menanggapi undangan Allah? Sayangnya, tidak. Yesus mengungkapkan dua hal yang membuat orang tidak mau menjawab undangan Allah, yakni sibuk dengan urusan pribadi dan kelekatan hati.
Dalam perumpamaan yang kita dengar hari ini, orang pertama dan kedua sibuk dengan pekerjaan dan urusan pribadi. Yang satu sibuk menengok ladang barunya, yang lain sibuk dengan lembu-lembunya. Mereka berdua menggambarkan orang-orang yang sibuk bekerja, sehingga enggan menjawab undangan Allah. Sementara itu, orang ketiga berat untuk datang ke pesta karena baru menikah. Ini adalah gambaran orang yang memiliki kelekatan hati. Orang seperti ini hatinya tertambat pada apa yang disukai dan disenangi. Seluruh hidupnya hanya terfokus pada itu, sehingga ia mengabaikan undangan Allah.
Apa yang bisa kita refleksikan dari bacaan Injil hari ini? Undangan untuk mengikuti Yesus adalah gratis dan pengundangnya adalah Tuhan sendiri. Undangan diberikan melulu karena kasih Allah yang tanpa batas. Undangan ini adalah undangan untuk memiliki relasi yang intim dengan Allah, undangan untuk diselamatkan, undangan untuk ditebus dari dosa-dosa kita. Apakah kita mau menjawab undangan Allah ini? Ataukah kita lebih suka menyibukkan diri dengan urusan duniawi semata?