Bukan Sekadar Teori

Senin, 5 Oktober 2020 – Hari Biasa Pekan XXVII

115

Lukas 10:25-37

Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?” Jawab Yesus: “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”

***

Bacaan Injil hari ini berbicara tentang ahli Taurat yang datang kepada Yesus. Sebagai seorang ahli, tentunya ia tahu dengan baik isi Kitab Suci. Karena itu, ketika bertanya kepada Yesus, orang ini sebenarnya hanya bermaksud menguji atau mencobai Dia. Ahli Taurat ini menyampaikan dua pertanyaan. Pertama, tentang apa yang harus dilakukan untuk memperoleh hidup kekal. Kedua, tentang siapa yang disebut sesama manusia.

Di setiap akhir pembahasan tentang pertanyaan tersebut, Yesus selalu mengakhirinya dengan perintah untuk bertindak secara konkret: “Perbuatlah demikian,” begitu Ia menegaskan. Dengan ini, Yesus menyatakan bahwa mencintai Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa, kekuatan, dan akal budi, serta mencintai sesama seperti diri sendiri tidak boleh hanya berhenti pada level pengetahuan saja. Itu semua mesti diwujudkan dalam tindakan konkret.

Suatu ketika saya bersama seorang bruder bersepeda motor dari Cianjur ke Bogor. Saat itu, hujan turun begitu deras. Tiba-tiba kami berjumpa dengan seseorang yang mengalami kecelakaan. Ia terjatuh dari motornya dan mengalami luka yang cukup parah. Banyak kendaraan lalu lalang, tetapi tidak ada yang berhenti untuk memberikan pertolongan. Kami pun segera menghampiri orang itu dan menawarkan bantuan untuk membawanya ke rumah sakit terdekat.

Mencintai dan mengasihi sesama perlu tindakan nyata, bukan sekadar teori. Apa gunanya kita mengetahui cara memperoleh hidup kekal kalau tidak mau melaksanakannya? Teori atau pengetahuan yang kita miliki dengan begitu tidak berguna bagi keselamatan kita, malah bisa saja merugikan orang lain.