Matius 18:1-4
Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?” Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga.”
***
Hari ini adalah Pesta Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus. Kisah hidup Santa Teresia memberi kesejukan batin buat saya, sehingga saya tergerak untuk menyajikan kisah hidup orang suci ini bagi Anda semua. Kisah ini saya kutip dari buku Lima Kuntum Bunga Gereja karya A. Sudiarja SJ (Yogyakarta: Kanisius, 2015).
Kesucian Teresia tidak terletak pada perbuatan-perbuatan besar, tetapi pada tindakan-tindakan sederhana setiap hari yang dihayatinya dengan cinta mendalam. Tindakan-tindakan ini tidak akan diketahui kalau saja ia tidak menuliskan kisah hidupnya, yang kemudian menjadi buku berjudul Histoire d’une âme. Hal ini diperintahkan oleh Pauline, kakaknya yang sekaligus merupakan pimpinan biara, dua setengah tahun menjelang kematian Teresia yang saat itu sudah mulai sakit-sakitan.
Dalam bukunya, Teresia suka menyebut dirinya sebagai “bunga mungil.” Di bagian pembuka, ia menulis, “Oleh karena itu, Ibu, dengan gembira hati, aku akan mengidungkan kepadamu belas kasih Yesus. Karena aku akan menuliskan hanya bagi Ibu seorang kisah tentang bunga mungil yang dipetik Yesus, maka aku akan berbicara dengan bebas, tanpa kekhawatiran mengenai gaya bahasa ataupun semua kekurangan lain yang pasti akan aku lakukan.”
“Yesus menganggap diriku cocok untuk menerima misteri-Nya. Ia meletakkan buku tentang alam semesta di depanku, dan aku melihat bahwa semua bunga yang diciptakan-Nya indah belaka. Keanggunan bunga mawar dan kemurnian bunga bakung tidaklah merampas keharuman bunga violet yang kecil ataupun keceriaan sederhana dari bunga aster. Aku sadar bahwa jikalau setiap bunga kecil ingin menjadi mawar, musim semi akan kehilangan keindahannya dan tak akan ada bunga-bunga liar yang membuat kegembiraan ladang yang luas. Demikian pula halnya dalam dunia jiwa-jiwa yang merupakan kebun Yesus.”
Dengan cara hidupnya, Teresia telah merintis pula apa yang disebut sebagai “jalan sederhana” menuju kesucian, yakni lewat pengorbanan-pengorbanan biasa tetapi penuh cinta dalam hidupnya. Ia yakin bahwa Tuhan memberikan rahmat yang sama bagi semua makhluk tanpa membeda-bedakan. “Matahari bersinar secara sama baik untuk pohon-pohon aras yang besar, maupun untuk bunga-bunga yang kecil. Demikian juga Tuhan memelihara setiap jiwa yang berbeda-beda. Segalanya direncanakan untuk kebaikan setiap jiwa, persis sama seperti musim-musim yang diatur sedemikian, sehingga si bunga aster yang paling sederhana pun berkembang pada waktunya.”