Jalan Tuhan di Sekitar Kita

Rabu, 16 September 2020 – Peringatan Wajib Santo Kornelius

169

Lukas 7:31-35

Kata Yesus: “Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis.

Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.”

***

Pengalaman satu tahun lalu menjelang tahbisan imamat masih melekat dalam ingatan saya. Ini menyangkut di mana saya akan ditugaskan setelah tahbisan. Dalam hati, saya selalu bertanya-tanya: Di mana nanti saya akan ditempatkan? Apakah di tempat misi yang sulit? Apa yang dapat saya lakukan di sana? Mampukah saya beradaptasi dan melaksanakan tugas dengan baik? Bukan hanya saya, semua orang pasti juga mengalami situasi yang sama. Banyak pertanyaan muncul dalam benak kita dalam menjalani kehidupan ini. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut diungkapkan oleh Yesus pada hari ini, yakni tentang bagaimana mengikuti jalan Tuhan dalam hidup kita.

Dalam setiap langkah dan peristiwa kehidupan, hikmat Allah senantiasa hadir. Ia memberikan pengetahuan dan pengajaran kepada kita setiap waktu. Pertanyaannya, apakah kehadiran-Nya itu sudah kita sadari? Apakah kita sadar bahwa Allah bekerja dan menyertai kita setiap saat? Kesadaran akan penyertaan Allah akan mendatangkan berkat bagi kita. Ibarat pedagang, kita akan selalu beruntung; ibarat seniman, kita akan dimampukan untuk menggunakan segala macam bahan dalam menciptakan karya seni; ibarat panglima, kita akan selalu menang dalam peperangan. Hikmat Allah senantiasa bekerja dengan baik kalau kita bersedia membuka hati bagi kehadiran-Nya.

Apa yang harus kita lakukan agar hati kita terbuka bagi-Nya? Lihatlah sekitar kita secara mendalam; sadari kehadiran Allah dalam segala situasi. Kita harus berani menyesuaikan diri dengan “lagu” panggilan-Nya: Menari ketika mendengar tiupan seruling, menangis ketika mendengar kidung duka. Situasi di sekitar kita adalah panggilan bagi keterlibatan kita. Saat ada sesama yang kesulitan, kita dipanggil untuk mengulurkan bantuan; saat ada sesama yang bersukacita, kita diundang untuk bergembira bersamanya. Allah hadir dalam semua peristiwa itu.

Demikianlah kita harus mampu membaca tanda-tanda zaman, agar bisa mengubah tantangan menjadi rahmat. Segala sesuatu akan menjadi berkat apabila kita mengikuti jalan Tuhan. Mari kita lakukan segala sesuatu yang bisa kita lakukan hari ini. Tidak perlu cemas akan masa depan, sebab Tuhan senantiasa beserta kita.