Hati yang Sederhana

Rabu, 26 Agustus 2020 – Hari Biasa Pekan XXI

147

Matius 23:27-32

“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.

Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu!”

***

Salah satu tuntutan bagi orang yang bekerja di pusat-pusat perbelanjaan, layanan jasa, atau dunia hiburan adalah senyum. Para pekerja di bidang-bidang tersebut senantiasa harus tersenyum, tidak peduli apa pun yang terjadi. Jenis senyum seperti itu biasa disebut “senyum bisnis,” sebab orang memberikan senyuman demi urusan bisnis. Di balik senyuman mereka, bisa jadi orang-orang itu menyimpan kesedihan, kegelisahan, ketakutan, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, senyuman diberikan sekadar sebagai tuntutan pekerjaan.

Yesus hari ini dengan tegas mengecam kehidupan ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Hidup mereka penuh dengan sandiwara yang sangat kotor. Mereka bagaikan kuburan yang dilabur putih: Dari luar tampak bersih, tetapi di dalam penuh dengan kebusukan. Yesus menegaskan bahwa mereka adalah orang-orang munafik. Kemunafikan itu bertujuan untuk menarik simpati orang lain dan menyembunyikan kebusukan hati.

Sementara itu, dalam bacaan pertama (2Tes. 3:6-10, 16-18), Rasul Paulus menasihati jemaat di Tesalonika agar hidup menurut teladan yang benar yang ditunjukkan oleh para rasul. “Kami tidak lalai bekerja di antara kamu, dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun di antara kamu.”

Dari kedua bacaan hari ini, kita bisa menarik benang merahnya. Kemunafikan atau sandiwara dilakukan orang karena menginginkan sesuatu yang berlebihan. Ada rasa tidak puas dalam diri mereka. Segala macam cara mereka lakukan, terkadang cara itu sangat kotor, hanya untuk memuaskan diri sendiri. Untuk mengatasi hal tersebut, orang memerlukan kesederhanaan hati. Hati yang sederhana tidak akan menampilkan kebohongan ataupun kepalsuan. Orang yang memiliki hati sederhana senantiasa tampil apa adanya. Hati yang sederhana membuat orang dapat bersyukur dan merasa cukup. Lebih baik berjerih payah siang dan malam daripada harus membebani orang lain dengan berbagai sandiwara.

Saudara-sudari yang terkasih, marilah kita berusaha untuk memiliki hati yang sederhana.