Menyangkal Diri, Memikul Salib, Mengikut Yesus

Jumat, 7 Agustus 2020 – Hari Biasa Pekan XVIII

1099

Matius 16:24-28

Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya.”

***

Mengapa untuk mengikut Yesus tidak mudah? Mengapa untuk menjadi pengikut-Nya, kita diminta menyangkal diri dan memikul salib? Mengapa mengikut Yesus malah membuat kita mengalami rasa sakit atau penderitaan?

Sekarang ini, kita hidup di zaman di mana rasa sakit atau penderitaan dianggap sebagai kelemahan sehingga harus dihindari atau sesedikit mungkin dialami. Kemajuan di bidang teknologi dan kedokteran menunjukkan betapa banyak waktu, sumber daya, dan kecerdasan dikerahkan untuk menanggapi keinginan manusia yang ingin menghindari rasa sakit. Obat-obatan menawarkan kepada kita bantuan agar terbebas dari rasa sakit ragawi. Hukum dibuat sedemikian rupa agar orang tidak mengalami rasa sakit. Di beberapa negara orang bahkan dapat memohon “hak untuk mati” demi menghindari penderitaan.

Yesus menolak keterkaitan langsung antara dosa dan penderitaan. Ia menentang penderitaan dalam segala bentuk, tetapi menyerahkan diri-Nya untuk mengalami penderitaan, termasuk kematian di kayu salib. Penderitaan atau kesedihan tidak boleh dijauhi, tetapi harus diatasi. Bacaan Injil hari ini menantang kita untuk memeluk salib karena peran penebusannya dalam kehidupan kita. Realitas penderitaan dalam keberadaan manusia hendaknya menuntun kita untuk bersabar dalam penderitaan dan berbelas kasih terhadap mereka yang menderita. Sebagai murid-murid Yesus, kita harus siap sedia menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut-Nya.