Matius 15:1-2, 10-14
Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem kepada Yesus dan berkata: “Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan.”
Lalu Yesus memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka: “Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang.”
Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: “Engkau tahu bahwa perkataan-Mu itu telah menjadi batu sandungan bagi orang-orang Farisi?” Jawab Yesus: “Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di surga akan dicabut dengan akar-akarnya. Biarkanlah mereka itu. Mereka orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lubang.”
***
Dalam tradisi Yahudi, ada hal atau situasi yang disebut najis. Najis ini sifatnya menular. Apa saja yang bersentuhan dengannya akan ikut najis. Itulah alasan orang-orang Yahudi dalam bacaan Injil hari ini bertanya mengapa murid-murid Yesus makan dengan tidak membasuh tangan. Membasuh tangan sebelum makan merupakan tindakan penting supaya terhindar dari kenajisan. Kalau tangan kita najis, makanan yang disentuh oleh tangan kita juga akan najis. Kalau kita makan makanan yang najis, diri kita pun ikut najis.
Namun, Yesus menegaskan bahwa yang membuat orang najis, kotor, tercemar, tidak bersih, dan tidak suci bukanlah makanan yang dimakan, melainkan hal-hal jahat yang keluar dari mulut orang itu. Makian, umpatan, penghinaan, kutukan, ungkapan kebencian, kemarahan, sumpah serapah, serta kata-kata yang melecehkan, itulah yang menajiskan manusia.
Nah, sekarang ini, ungkapan-ungkapan yang menajiskan tersebut tidak hanya keluar melalui mulut, tetapi diungkapkan juga ke ruang publik melalui media sosial. Diketik oleh jari-jari tangan kita, kata-kata kasar yang menghina, merendahkan, dan menyakitkan itu juga membuat diri kita menjadi najis, tidak bersih, dan tidak suci. Karena itu, sebaiknya kita berhati-hati dalam berkata-kata, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan itu, kita menjaga kekudusan diri kita, juga menunjukkan sikap hormat terhadap sesama.