Matius 9:1-8
Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: “Ia menghujat Allah.” Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” — lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu –: “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itu pun bangun lalu pulang. Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.
***
Bacaan Injil hari ini menceritakan tentang mukjizat yang dikerjakan Yesus atas diri seorang yang lumpuh. Karena hatinya terbuka untuk menerima Yesus dan percaya penuh pada perkataan-Nya, orang lumpuh itu mengalami pemulihan. Ia bisa bangun, bangkit berdiri dari tempat tidurnya, lalu pulang kerumahnya. Namun, mukzijat tersebut tidak bisa diterima oleh beberapa ahli Taurat. Mereka malah menanggapinya secara negatif dengan menilai bahwa Yesus telah menghujat Allah. Ini karena sebelumnya Yesus mengatakan bahwa dosa orang lumpuh itu telah diampuni.
Karena pandemi Covid-19, keadaan kita kurang lebih sama dengan orang lumpuh itu. Orang itu lumpuh secara fisik, sementara kita mengalami kelumpuhan di berbagai bidang kehidupan, termasuk kelumpuhan di bidang kesehatan bagi kita yang terjangkit oleh penyakit ini. Perusahaan-perusahaan bangkrut, banyak orang kehilangan pekerjaan, banyak pula yang tidak tahu apa yang bisa dimakan esok hari. Hampir semua orang di dunia ini terdampak oleh pandemi Covid-19.
Dalam keadaan sulit seperti sekarang ini, mari kita bertanya pada diri kita masing masing: Bagaimana dengan iman kita? Gereja-gereja ditutup dan misa hanya bisa diikuti dari rumah kita masing-masing. Dalam keadaan seperti itu, masihkah kita mampu mengalami kehadiran Tuhan? Apakah kita meyakini bahwa Ia mampu menyembuhkan “kelumpuhan” yang kita alami saat ini?
Semoga kita tetap membuka hati untuk mendengarkan firman-firman Tuhan. Firman-Nya yang adalah pedoman dan sumber iman kita pasti mampu mengubah keadaan hidup kita. Semakin kita percaya, semakin ketakutan kita diubah menjadi harapan. Mari kita senantiasa memohonkan kesembuhan dari Tuhan sendiri, sebab Dialah sumber keselamatan kita satu-satunya.