Menempatkan dan Menghidupkan Kasih Allah

Jumat, 19 Juni 2020 – Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus

203

Matius 11:25-30

Pada waktu itu berkatalah Yesus: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”

***

Kita ada dan lahir di dunia ini karena kasih. Karena itu, kita pun dipanggil untuk hidup dalam kasih. Panggilan untuk saling mengasihi menyadarkan kita bahwa kita berasal dari Allah yang adalah kasih. “Setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah,” demikian dikatakan oleh bacaan kedua kita hari ini (1Yoh. 4:7-16).

Kasih Allah tidak hanya memberi hidup, tetapi juga – dalam dan melalui Yesus Kristus – menyelamatkan, mengampuni, serta menebus kita dari dosa dan kesalahan. Allah yang adalah kasih mempunyai hati yang sangat luas, yang dapat menampung siapa saja tanpa terkecuali. Di dalam kasih yang terwujud pada setiap kegiatan kehidupan, menjadi nyata bahwa kesempurnaan kasih Allah tinggal dan menguasai diri kita.

Pada Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus hari ini, kita belajar menempatkan dan menghidupkan kasih Allah di dalam hati kita, juga di dalam setiap langkah hidup, pekerjaan, dan pelayanan kita. Yesus berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Ia menyediakan diri-Nya bagi siapa pun tanpa terkecuali. Lalu, mengapa kita sering kali sungkan untuk datang kepada-Nya? Yesus berjanji akan memberikan pertolongan, tetapi mengapa kita malah tidak datang kepada-Nya tatkala hidup kita berbeban berat? Sungguh aneh bahwa yang sering kita lakukan adalah sedih berkepanjangan, bahkan putus asa.

“Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan,” demikian Yesus berkata lebih lanjut. Mempunyai hati yang lemah lembut dan rendah hati tidak hanya dimohonkan, dinantikan, dan dicita-citakan, tetapi juga harus diperjuangkan. Caranya adalah dengan belajar kepada Yesus sampai akhir hidup. Dengan keberanian dan kemauan untuk memikul kuk dari Yesus, kita akan dimampukan untuk bersyukur atas kehidupan ini. Kita pun ikut ambil bagian dalam karya dan misi Yesus, yakni menghadirkan damai dan kasih. Semoga kita semakin mencintai Yesus dan tidak pernah lelah untuk datang kepada-Nya.