Markus 12:35-37
Pada suatu kali ketika Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berkata: “Bagaimana ahli-ahli Taurat dapat mengatakan, bahwa Mesias adalah anak Daud? Daud sendiri oleh pimpinan Roh Kudus berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu. Daud sendiri menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?” Orang banyak yang besar jumlahnya mendengarkan Dia dengan penuh minat.
***
Setelah kerajaan Daud runtuh di tangan bangsa Babel, umat Tuhan menanti-nantikan pemulihan dan datangnya seorang raja agung yang akan memimpin mereka kembali. Sesuai dengan janji Tuhan di 2Sam. 7:16, raja yang kemudian bergelar Mesias itu haruslah seorang keturunan Daud.
Siapakah dia? Kapan ia datang? Orang Yahudi menanti-nantikan saat itu dengan rindu. Dalam situasi tertekan akibat penindasan penjajah Romawi, mereka berharap sang Mesias segera hadir, mengobarkan pemberontakan dan memimpin peperangan melawan bangsa Romawi, dan akhirnya menjadi raja atas bangsa Yahudi, posisi yang dulu dipegang Daud, bapa leluhurnya.
Memperbaiki gagasan mereka tentang Mesias, Yesus menunjukkan bahwa sang Mesias lebih besar dan lebih berkuasa daripada Daud. Daud sendiri mengakui hal itu dengan menyatakan bahwa Mesias akan bertakhta di sebelah kanan Allah dan Allah akan menaklukkan para musuh kepada-Nya.
Kalau orang-orang itu mau membuka hati, mereka akan sadar bahwa sang Mesias sudah datang, bahkan ada tepat di depan mata mereka. Ia tidak akan memimpin perang, tidak akan pula menjadi penguasa secara politis. Mesias lebih besar dari itu semua. Yang Ia kalahkan adalah dosa dan maut. Dengan itu, Ia menyelamatkan umat manusia dan membawa kita semua kepada kebahagiaan kekal.