Lidia

Senin, 18 Mei 2020 – Hari Biasa Pekan VI Paskah

434

Kisah Para Rasul 16:11-15

Lalu kami bertolak dari Troas dan langsung berlayar ke Samotrake, dan keesokan harinya tibalah kami di Neapolis; dari situ kami ke Filipi, kota pertama di bagian Makedonia ini, suatu kota perantauan orang Roma. Di kota itu kami tinggal beberapa hari.

Pada hari Sabat kami ke luar pintu gerbang kota. Kami menyusur tepi sungai dan menemukan tempat sembahyang Yahudi, yang sudah kami duga ada di situ; setelah duduk, kami berbicara kepada perempuan-perempuan yang ada berkumpul di situ. Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya: “Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku.” Ia mendesak sampai kami menerimanya.

***

Hari ini, dalam bacaan pertama, kita mendengar kisah tentang seorang perempuan bernama Lidia. Dia ini seorang pedagang kain. Di Filipi, Lidia adalah seorang pendatang. Dia sebenarnya berasal dari Tiatira, kota yang terkenal karena produksi kainnya. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa alasan Lidia tinggal di Filipi adalah untuk bisnis kain.

Selain seorang pebisnis, Lidia adalah juga seorang beriman yang rajin beribadah. Dalam perikop hari ini disebutkan bahwa dia sedang berkumpul bersama teman-temannya di tempat sembahyang orang Yahudi. Di situlah dia berjumpa dengan Paulus, Timotius, Lukas, dan Silas. Setelah pembicaraan dengan Paulus dan teman-temannya, Lidia percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan kemudian memberikan dirinya untuk dibaptis. Di tengah kesibukan sebagai pedagang, Lidia rupanya tetap memberikan waktu bagi Tuhan. Ia juga selalu membuka hati bagi kehadiran-Nya. Harta kekayaan tidak membuatnya melupakan Tuhan.

Lidia tidak menyimpan imannya hanya bagi dirinya sendiri. Iman itu dia bagikan juga kepada yang lain. Dia tidak dibaptis sendirian, tetapi dengan seisi rumahnya. Kendati tidak ada informasi yang jelas, yang dimaksud “seisi rumah” kemungkinan anggota keluarga dan juga para pembantunya. Tentulah Lidia yang mengajak mereka untuk memberikan diri dibaptis. Selain itu ada dugaan bahwa Lidia kemudian menyebarkan Injil di kota asalnya, yakni di Tiatira. Selain berbagi imannya dengan orang lain, Lidia juga mendukung Paulus dan teman-temannya selama di Filipi dalam melaksanakan misi mereka. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Lidia adalah seorang misionaris di lingkungan keluarga dan tempat asalnya.

Kendati bukan tokoh perempuan yang terkenal dalam Kitab Suci, sosok Lidia pantas kita teladani. Kendati sibuk dengan bisnis dan kerja, dia tetap memberikan waktunya bagi Tuhan dan berkenan mendengarkan pewartaan Kabar Baik dari Paulus dan teman-temannya. Apakah kita masih punya waktu bagi Tuhan? Apakah kita berkenan meluangkan waktu untuk membaca Kitab Suci?

Setelah mendengarkan Injil dan dibaptis, Lidia menyebarkan Kabar Baik bagi banyak orang. Apakah kita juga berkenan menjadi “misionaris lokal” bagi keluarga dan lingkungan kita? Untuk konteks zaman sekarang, misionaris adalah orang yang memberikan kesaksian tetang kasih, pengampunan, dan kerahiman Allah. Apakah kita sudah memberikan kesaksian itu dalam kehidupan sehari-hari?