Domba yang Dewasa

Sabtu, 9 Mei 2020 – Hari Biasa Pekan IV Paskah

228

Yohanes 14:7-14

“Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.”

Kata Filipus kepada-Nya: “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.” Kata Yesus kepadanya: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya. Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.”

***

Yesus berkata kepada Filipus, “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku?” Yesus ingin menegaskan kepada murid-Nya itu bahwa Ia di dalam Bapa dan Bapa di dalam diri-Nya. Sayang, setelah sekian lama bersama Yesus, Filipus ternyata belum juga memahami siapa Yesus sebenarnya. Situasi Filipus bisa jadi sama dengan situasi kita. Setelah sekian lama menjadi murid Yesus, menjadi seorang Katolik, kita mungkin belum juga memahami siapa Yesus sebenarnya.

Saya sering mendapat pertanyaan dari umat, “Romo, apakah boleh membuat tanda salib lebih dari dua kali saat Ekaristi?” Yang lain bertanya, “Sikap seperti apa yang diperbolehkan saat Doa Syukur Agung, berdiri atau berlutut?” Ada juga pertanyaan ini, “Kalau prodiakon berdoa Bapa Kami pada saat persiapan membagikan komuni, tangannya terkatup di depan dada atau terbuka menghadap ke atas?” Tidak ada salahnya bertanya, tetapi saya juga ingin mengatakan bahwa Yesus tidak akan terlalu peduli dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu.

Sekian lama menjadi seorang Katolik belum tentu membuat seseorang menjadi domba yang dewasa. Bisa jadi si domba tetap mempertahankan sifatnya yang kekanak-kanakan. Domba yang belum dewasa itu yang seperti apa? Yakni domba yang selalu berhenti pada aturan-aturan. Mereka ini suka menyibukkan diri dengan hal-hal yang kurang mendasar seperti: Kalau misa boleh terlambat berapa menit? Atau, kalau kolekte sebaiknya memberi berapa?

Kebersamaan kita bersama Yesus, sang Gembala, hendaknya membuat kita menjadi domba-domba yang dewasa, domba-domba yang selalu bersemangat membantu Tuhan untuk menghadirkan Kerajaan Allah. Sang Gembala memang selalu menuntun dan mendampingi, tetapi menjadi dewasa adalah tanggung jawab kita masing-masing.

Saudara-saudari terkasih, apakah kita sudah cukup dewasa? Apakah kita sudah sungguh berjuang untuk menjadi dewasa? Ataukah kita merasa cukup menjadi domba kecil yang selalu menuntut kepada Tuhan dan tidak pernah berkembang?