Gembala yang Bertindak

Kamis, 7 Mei 2020 – Hari Biasa Pekan IV Paskah

287

Yohanes 13:16-20

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya, ataupun seorang utusan daripada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.

Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku. Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku.”

***

Bacaan Injil hari ini diambil dari kisah tentang Perjamuan Terakhir menurut Injil Yohanes. Pesan utama Perjamuan Terakhir adalah kasih. Tuhan kita adalah kasih, sehingga menyebut diri sebagai pengikut Kristus menuntut kita untuk menjadi pembawa kasih. Secara khusus hari ini Yesus bersabda, “Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.”

Dalam Latihan Rohani, tepatnya di bagian pengantar Kontemplasi untuk Mendapat Cinta, Santo Ignasius Loyola menulis, “Cinta lebih diwujudkan dalam perbuatan daripada kata-kata.” Mungkin inspirasi pernyataan itu berasal dari bacaan Injil hari ini, yakni “melakukan.” Yesus mengajak kita bertindak. Ia tidak berhenti pada kata-kata, analisis, atau pemikiran. Yesus melakukan hal-hal konkret dalam hidup-Nya: Ia menyembuhkan, makan bersama, memberi ampun, bahkan memanggul salib. Yesus bukanlah orang yang NATO (No Action Talk Only).

Saya teringat kepada salah satu nasihat Paus Fransiskus tentang memberi derma. Paus kurang lebih berkata demikian, “Kalau kita memberi derma, ya berikan saja. Jangan ragu-ragu; jangan berpikir macam-macam. Jangan kita berpikir, kalau saya beri derma kepada pengemis ini, jangan-jangan dia akan menggunakannya untuk membeli minuman keras atau untuk main judi. Berikan saja derma kita, tidak perlu berpikir banyak.”

Pesan tersebut mengentak saya yang sering berprasangka dan menduga-duga. Karena terlalu larut dalam kecurigaan, sering kali saya tidak jadi memberikan bantuan kepada yang membutuhkan. Pada akhirnya saya kembali menjadi “agen-agen” NATO yang pintar dalam berbicara, tetapi nol besar dalam tindakan.

Saudara-saudari terkasih, Tuhan adalah gembala yang bertindak. Pertanyaan besar untuk kita: Apa yang sudah kita lakukan? Hal konkret apa yang sudah kita buat? Bagaimana kontribusi kita bagi kehidupan bersama yang lebih baik?