Merindukan Ekaristi

Selasa, 21 April 2020 – Hari Biasa Pekan II Paskah

207

Yohanes 3:7-15

“Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.” Nikodemus menjawab, katanya: “Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?” Jawab Yesus: “Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal surgawi? Tidak ada seorang pun yang telah naik ke surga, selain dari Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak Manusia.

Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.”

***

Karena virus corona, pemerintah mengimbau masyarakat untuk tidak mengadakan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang. Tujuannya agar penyebaran virus corona dapat semakin diminimalisasi. Menanggapi hal itu, keuskupan-keuskupan di Indonesia kemudian memutuskan untuk tidak mengadakan perayaan-perayaan bersama yang dihadiri oleh umat, termasuk perayaan Ekaristi, bahkan perayaan-perayaan selama Pekan Suci. Tentu saja hal ini membuat kita sangat sedih. Namun, sebagai warga yang “seratus persen Katolik dan seratus persen Indonesia,” kita menaatinya dengan besar hati.

Bacaan Injil hari ini masih berbicara tentang Yesus dan Nikodemus. Terhadap Nikodemus yang kebingungan memahami makna kelahiran kembali, Yesus menjelaskannya dengan analogi fenomena angin. Keberadaan angin dapat kita rasakan ketika menerpa tubuh kita, tetapi kita tidak tahu dari mana angin itu datang dan ke mana angin itu pergi. Kita hanya dapat merasakan dampak atau akibatnya saja. Yesus telah memberi kesaksian tentang siapa diri-Nya, namun banyak orang yang tidak menerima kesaksian-Nya. Demikian halnya dengan orang yang dilahirkan kembali dari Roh. Orang mungkin sulit untuk memahami penjelasan tentang hal itu, tetapi buah-buahnya yang positif sudah pasti akan dapat mereka rasakan.

Saudara-saudari yang terkasih, makna kehadiran seseorang dalam hidup kita sering kali baru kita sadari setelah orang itu tidak ada. Ibarat lampu, ketika menyala di malam hari, keberadaannya sering kali tidak kita pedulikan. Namun, ketika lampu itu padam dan sekeliling kita gelap gulita, barulah kita sadar bahwa kita sangat membutuhkannya. Saat ini kita tidak bisa berkumpul bersama untuk merayakan Ekaristi. Situasi ini menyedihkan, tetapi semoga justru semakin membangkitkan kerinduan kita akan Dia yang hadir dalam setiap napas kehidupan kita, khususnya dalam kurban Ekaristi. Dengan itu, nanti, ketika situasi sudah normal kembali, semoga kita dapat lebih menghargai perayaan Ekaristi yang dapat kita hadiri secara jiwa maupun raga.