Saksi tentang Aku

Kamis, 16 April 2020 – Hari Kamis dalam Oktaf Paskah

86

Lukas 24:35-48

Lalu kedua orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.

Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: “Damai sejahtera bagi kamu!” Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.” Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: “Adakah padamu makanan di sini?” Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.

Ia berkata kepada mereka: “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.” Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini.”

***

“Kamu adalah saksi dari semuanya ini,” demikian penegasan Yesus kepada murid-murid-Nya. Para murid dengan begitu dipanggil untuk menjadi saksi. Saksi adalah orang yang melihat sesuatu dan bersumpah mengenai apa yang dilihatnya itu. Dia adalah seorang yang melibatkan diri secara pribadi untuk apa yang dilihat dan dipahaminya.

Para murid bersaksi tentang pribadi, kuasa, kehidupan, dan kemampuan Yesus untuk membangun manusia baru, masyarakat baru, serta hubungan-hubungan baru yang didasarkan pada pelayanan dan persaudaraan. Kesaksian para murid pertama-tama selalu tentang Yesus.

Dalam Kisah Para Rasul (Kis. 1:8) ditegaskan bahwa kesaksian itu merupakan anugerah Roh Kudus. Kuasa Roh Kudus dilukiskan dalam Perjanjian Baru sebagai kekuatan yang memberikan sukacita, damai, ketenangan, kasih, dan kepercayaan. Apabila kita merasa bahwa satu dari hal itu tidak ada pada diri kita, itu artinya relasi kita dengan Roh Kudus perlu disegarkan lagi. Tanpa kuasa Roh Kudus, kesaksian kita tidak berisi, hampa, dan sekadar kata-kata belaka. Karena itu, mari kita memohon inspirasi Roh Kudus melalui doa, meditasi, dan Ekaristi.

Diolah dari Kardinal C.M. Martini, Pemberita Injil (Yogyakarta: Penerbit Kanisius).