Yohanes 7:1-2, 10, 25-20
Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun.
Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Ia pun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam.
Beberapa orang Yerusalem berkata: “Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorang pun yang tahu dari mana asal-Nya.” Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: “Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku.”
Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba.
***
Membaca Injil Yohanes, kita perlu memahami dua hal berikut ini. Pertama, Injil Yohanes mempertentangkan cara hidup (keagamaan) baru yang dibawa Yesus dengan cara hidup (keagamaan) lama orang-orang Yahudi pada waktu itu. Itu sebabnya dalam bacaan Injil hari ini orang-orang Yahudi menolak keras cara hidup baru yang dibawa Yesus.
Kedua, Injil Yohanes ingin memperkenalkan kepada pembaca tentang siapa Yesus sebenarnya. Di kalangan masyarakat terjadi simpang siur dan perdebatan tentang diri-Nya. Ada yang menerima, ada juga yang menolak keras kehadiran Yesus.
Itulah yang terjadi dalam bacaan Injil hari ini. Banyak orang berkomentar tentang Dia. Ada yang merasa tahu tentang asal usulnya; ada pula yang tidak mampu memahami Dia dan maksud kedatangan-Nya. Di tengah-tengah arus penolakan seperti itu, Yesus tampil sebagai pribadi yang berani bersuara lantang tentang kebenaran yang hendak dihadirkan-Nya di dunia.
Saudara-saudari yang terkasih, kesimpangsiuran dan ketidakjelasan sering kali terjadi dalam kehidupan ini. Yang benar dibuat menjadi salah; yang salah dijadikan kebenaran. Sayangnya, sebagai pengikut Kristus, tidak jarang kita lebih memilih untuk diam. Kenapa diam? Diam itu aman! Begitulah biasanya kita berpikir.
Hari ini kita ditantang untuk berani bersuara demi kebenaran. Kita ditantang untuk meneladan Yohanes Pembaptis yang bersuara keras demi meluruskan yang bengkok dan meratakan yang bergelombang. Kita ditantang untuk meneladan Yesus yang berani menyuarakan kebenaran meskipun berada di tengah banyak orang yang ingin menangkap dan membunuh-Nya.
Beranikah kita? Semoga Masa Prapaskah ini menjadi kesempatan bagi kita untuk menjadi murid Yesus yang militan, yang berani terus menyuarakan kebenaran di tengah-tengah dunia yang tidak selalu terbuka untuk menerimanya.