Seindah Pohon Natal

Minggu, 8 Desember 2019 – Hari Minggu Advent II

218

Matius 3:1-12

Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!” Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: “Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.” Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan. Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan.

Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: “Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang? Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dariku lebih berkuasa dariku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan.”

***

Suasana menjelang Natal selalu diindentikkan dengan keindahan pohon natal yang dihiasi dengan berbagai macam pernak-pernik. Pemasangan pohon natal tidak hanya dilakukan di gereja, tetapi juga di pusat-pusat perbelanjaan dan tempat-tempat publik lainnya. Sebagian besar umat Katolik turut meramaikan suasana ini dengan memasang pohon natal di rumah. 

Pohon natal pada dasarnya adalah pohon cemara. Yang pertama memperkenalkannya adalah St. Bonifasius, yang diangkat oleh Paus Gregorius II sebagai uskup Jerman Timur. Konon, pohon cemara dijadikan pohon natal untuk menggantikan pohon oak, simbol pemujaan kepada para dewa. Pohon oak ditebang dan diganti dengan pohon cemara yang dihiasi dengan lilin-lilin bernyala. 

Kata St. Bonifasius saat itu, “Pohon kecil ini akan menjadi pohon damai dan pohon kudus kalian malam ini. Pohon ini adalah lambang kedamaian dan kehidupan abadi, sebab daun-daunnya senantiasa hijau. Lihatlah bagaimana daun-daun itu menunjuk ke langit, ke surga. Biarlah pohon ini dinamakan pohon kanak-kanak Yesus. Berkumpullah di sekelilingnya, bukan di tengah hutan yang liar, melainkan di dalam rumah kalian sendiri. Di sana pohon ini akan dikelilingi, bukan oleh persembahan darah yang tercurah, melainkan persembahan-persembahan cinta kasih.” Sejak saat itu, tradisi Katolik menggunakan pohon cemara sebagai pohon natal untuk merayakan kelahiran Yesus yang membawa damai dan terang bagi dunia.

Berangkat dari pohon natal, kita ingin merenungkan lebih dalam kaitannya dengan kedatangan Yesus. Pohon natal sesungguhnya melambangkan Yesus sendiri. Yesaya dalam bacaan pertama hari ini (Yes. 11:1-10) bernubuat, “Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah.” Yesuslah tunas itu, dan sebagai “taruk dari pangkal Isai,” Ia akan berdiri sebagai panji-panji bagi para bangsa.

Sebagai “pohon” yang tumbuh, Yesus memberi harapan akan keteduhan. Itulah sebabnya kita menghiasi pohon natal dengan simbol-simbol seperti bintang, cahaya, malaikat kecil, dan sebagainya. Dengan itu kita menegaskan bahwa kedatangan Yesus membawa terang dan damai sehjahtera bagi seluruh dunia.

Dalam bacaan Injil, Yohanes Pembaptis mengingatkan kita bahwa persiapan menyambut kedatangan Tuhan tidak bisa hanya menyangkut hal-hal lahiriah. Yang lebih utama adalah persiapan batiniah. Persiapan tersebut dilakukan lewat pertobatan. Pertobatan adalah hal yang mendesak  

Yohanes menggunakan pohon sebagai ilustrasi untuk mengingatkan kita akan pertobatan yang sejati, sebuah pertobatan yang menghasilkan buah. Pohon harus menghasilkan buah-buah yang baik. Pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, atau malah tidak menghasilkan buah sama sekali, sudah selayaknya ditebang dan dibuang ke dalam api. 

Pertobatan hendaknya tidak hanya sebatas penyesalan atau linangan air mata, tetapi harus sampai pada perubahan hidup. Dengan bertobat, kita meninggalkan cara hidup lama untuk memulai cara hidup baru, cara hidup yang menghasilkan buah yang baik. Tanpa pertobatan sejati, semeriah apa pun persiapan lahiriah kita dalam menyambut kelahiran Yesus tetap akan terasa hambar karena hati kita sebenarnya belum pantas.

Saudara-saudari yang terkasih, mari menghiasi hidup kita seindah pohon natal melalui pertobatan sejati. Semoga dengan itu kita menghasilkan buah-buah yang baik, yakni kasih, terang, sukacita, dan damai.