Matius 9:27-31
Ketika Yesus meneruskan perjalanan-Nya dari sana, dua orang buta mengikuti-Nya sambil berseru-seru dan berkata: “Kasihanilah kami, hai Anak Daud.” Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya dan Yesus berkata kepada mereka: “Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?” Mereka menjawab: “Ya Tuhan, kami percaya.” Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: “Jadilah kepadamu menurut imanmu.” Maka meleklah mata mereka. Dan Yesus pun dengan tegas berpesan kepada mereka, kata-Nya: “Jagalah supaya jangan seorang pun mengetahui hal ini.” Tetapi mereka keluar dan memasyhurkan Dia ke seluruh daerah itu.
***
Dalam bacaan pertama (Yes. 29:17-24), Yesaya menggambarkan sukacita dan keselamatan yang akan dialami oleh umat Israel. Secara metaforis, hal itu digambarkan melalui kondisi Libanon yang berubah menjadi kebun buah-buahan, orang-orang tuli yang mendengar perkataan-perkataan sebuah kitab, orang-orang buta yang mampu kembali melihat, dan sebagainya. Pada saat itu, orang-orang yang miskin dan menderita dan miskin akan bersukaria dan bersorak-sorak di dalam Allah, sementara orang-orang congkak dan pencemooh akan dilenyapkan.
Demikianlah Allah menyelamatkan dan membebaskan mereka dari pelbagai penindasan dan kesusahan. Ia membebaskan Israel, keturunan Yakub. Ia mengangkat mereka menuju sukacita dan kebahagiaan, sehingga mereka memiliki harga diri yang tinggi di hadapan bangsa-bangsa yang lain.
Pembebasan dan penyelamatan oleh Allah tersebut terlihat jelas dalam Injil melalui kisah penyembuhan dua orang buta. Mereka berdua dengan sungguh berusaha mencari dan menemukan Yesus agar disembuhkan oleh-Nya. Kisah ini secara simbolis menggambarkan Allah sebagai tokoh pembebas dan pembawa kesembuhan. Ia mengantar semua orang menuju keselamatan. Semua orang diselamatkan dalam arti dibimbing menuju hidup yang penuh sukacita dan yang tidak lagi dibelenggu oleh dosa dan penderitaan.