Matius 7:21, 24-27
“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga.”
“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”
***
Dalam bacaan pertama hari ini (Yes. 26:1-6), Yesaya melukiskan sukacita bangsa Israel karena anugerah keistimewaan dan cinta dari Allah kepada mereka. Di tengah seruan-seruan sukacita tersebut, sebetulnya yang hendak dinyatakan adalah ajakan dan undangan untuk berusaha menjadi bangsa yang berjalan dalam kebenaran.
Dengan kata lain, setelah Allah memberikan kekuatan, keistimewaan, dan pelbagai hal besar lainnya, sudah saatnya Israel menjadi sadar dan berjuang untuk menjadi bangsa yang benar dan yang tetap setia kepada-Nya. Allah Israel adalah Allah yang hebat dan luar biasa. Ia melindungi mereka dengan mengalahkan bangsa-bangsa lain yang tidak mau mengenal-Nya. Allah Israel adalah Allah yang telah terbukti dalam sejarah sebagai sosok pelindung yang terhebat. Ia menjaga umat-Nya dalam segala hal.
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengingatkan bahwa perihal menjadi anggota Kerajaan Allah sangat ditentukan oleh komitmen dan keseriusan kita dalam melaksanakan kehendak Allah. Jika hal ini tidak diseriusi, Kerajaan Allah tidak akan berlangsung bagi kita dan tidak akan kita alami. Yesus kemudian menggambarkan bahwa orang yang serius melaksanakan kehendak Allah ibarat orang yang menyadari pentingnya dasar yang kokoh ketika membangun rumah. Apa pun yang terjadi, rumah yang dasarnya kokoh akan terus berdiri dengan tegak. Sebaliknya, rumah yang dasarnya rapuh akan segera ambruk ketika dilanda angin.
Demikian pulalah kita dalam menjalani kehidupan ini. Agar kita mampu berdiri dengan tegar dan berjalan dengan pasti, kita memerlukan dasar yang kuat, dan dasar tersebut tidak lain adalah Yesus sendiri. Orang yang menjadikan Yesus sebagai dasar hidupnya adalah orang yang tahu dengan baik apa yang paling penting bagi diri, hidup, dan keselamatannya.