Mati untuk Menghasilkan Banyak Buah

Sabtu, 10 Agustus 2019 – Pesta Santo Laurensius

2725

Yohanes 12:24-26

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.”

***

Orang-orang Yunani ingin berjumpa dengan Yesus. Filipus dan Andreas menyampaikan keinginan itu kepada Guru mereka. Kepada mereka berdua, Yesus kemudian menyatakan, “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.” Dalam Injil Yohanes, saat pemuliaan atau peninggian Yesus adalah ketika Dia dipaku pada kayu salib. Yesus menyatakan kepada kedua murid itu bahwa sudah tiba saatnya bagi diri-Nya untuk menjalani penderitaan dan kematian. Namun, kematian-Nya bukanlah kematian yang sia-sia. Kematian-Nya adalah seperti kematian biji gandum yang jatuh ke tanah. Biji itu mati, tetapi kemudian tumbuh dan menghasilkan banyak buah.

Buah yang melimpah dari kematian Yesus di kayu salib adalah orang-orang yang percaya kepada-Nya dan yang akan memperoleh hidup kekal. Kedatangan orang-orang Yunani kepada Filipus dan Andreas sudah menampakkan panen melimpah yang akan dituai berkat kematian Yesus.

Jalan hidup yang ditempuh Yesus ini merupakan teladan bagi orang-orang yang mau mengikuti-Nya. “Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.” Ketika hidup di dunia ini, manusia hidup dengan jiwa dan raganya. Ketika manusia mati, jiwanya meninggalkan raga yang akan membusuk dan menjadi tanah. Ada orang yang mati karena usia lanjut, karena sakit, kecelakaan, atau dibunuh.

Yesus di sini berbicara tentang orang yang mencintai dan yang tidak mencintai nyawanya. Yang pertama takut kehilangan nyawa dalam arti takut mati. Orang yang demikian justru akan kehilangan nyawanya: sesudah raganya mati, jiwanya tidak akan selamat. Yang kedua tidak mencintai nyawanya di dunia ini: orang yang demikian rela kehilangan hidup demi melakukan kehendak Allah. Sebenarnya orang yang demikian tidak akan kehilangan nyawanya, tetapi justru akan menyelamatkannya. Bagaimana bisa? Ketika jiwanya meninggalkan raga, sebenarnya jiwa itu pergi kepada Allah dan memasuki kehidupan yang kekal.

Para murid telah mengikuti Yesus sampai saat itu. Kali ini Yesus menyebut mereka sebagai pelayan. Mereka yang mengikuti Yesus dalam menanggung penderitaan demi melakukan kehendak Bapa, dan yang melayani Yesus dengan melakukan apa yang diajarkan-Nya, mendapatkan perhatian dari-Nya. Para pelayan akan selalu bersama dengan Dia. Mereka melayani Yesus dan melakukan ajaran Yesus sampai dengan kematian mereka. Karena itu, mereka akan bangkit bersama Kristus lalu hidup bersama dengan Dia dalam kehidupan abadi.

Bapa akan menghormati orang yang melayani Yesus. Ia mengutus Yesus untuk melakukan kehendak-Nya, yaitu mengasihi dan menyelamatkan manusia. Bapa menghargai orang-orang yang melayani Yesus dan melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Ia menghormati orang-orang yang mau ambil bagian dalam karya yang dipercayakan kepada Yesus, yaitu menyelamatkan manusia.