Mengumpulkan Harta di Surga

Minggu, 4 Agustus 2019 – Hari Minggu Biasa XVIII

300

Lukas 12:13-21

Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: “Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?” Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari kekayaannya itu.”

Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil darimu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.”

***

Seseorang meminta Yesus untuk mengingatkan saudaranya soal warisan. Rupanya orang itu mengalami kesulitan untuk mendapatkan haknya. Saudaranya tidak mau berbagi warisan dengan dia. Ia memandang Yesus sebagai rabi yang bijaksana dan disegani. Karena itu, ia percaya kata-kata Yesus akan didengarkan oleh saudaranya. Namun, Yesus tidak menuruti permintaan orang itu.

Kepada orang-orang yang mengikuti-Nya, Yesus justru menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan pengajaran mengenai harta benda. “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan.” Orang harus waspada terhadap sifat tamak, yaitu keinginan untuk selalu mendapatkan dan menumpuk harta kekayaan sebanyak-banyaknya bagi diri sendiri. Yesus menyatakan bahwa di dunia ini manusia bisa saja memiliki kekayaan yang melimpah, tetapi harus disadari bahwa hidupnya tidak tergantung pada kekayaan yang dimilikinya itu. Apa yang sebenarnya dimaksudkan Yesus?

Untuk menjelaskan hal itu, Yesus kemudian menyampaikan suatu perumpamaan tentang seorang kaya yang menimbun banyak harta, tetapi mati sebelum sempat menikmati hartanya yang banyak tersebut. Pada akhir perumpamaan, Yesus bersabda, “Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.”

Apa yang dimaksudkan oleh Yesus? Yang disampaikan Yesus dalam perumpamaan itu adalah orang yang kaya di hadapan manusia. Kaya atau miskinnya seseorang diukur dari kepemilikan harta. Yang memiliki banyak harta disebut kaya, sedangkan yang hanya memiliki sedikit disebut miskin. Namun, berapa pun banyaknya harta yang dimiliki oleh seseorang di dunia ini akan ditinggalkan pada hari kematian. Raganya akan dikubur, sedangkan jiwanya akan tetap hidup. Semua kekayaan di dunia ini hanya dinikmati oleh raga, sedangkan jiwa yang sudah meninggalkan raga tidak lagi memerlukan harta. Jiwa manusia harus menghadap Allah tanpa membawa apa-apa.

Jika demikian apa yang harus dilakukan? Orang harus menjadi kaya di hadapan Allah! Bagaimana caranya? Gunakan harta yang diberikan Allah untuk melakukan kehendak-Nya selama kita hidup di dunia ini. Orang yang melakukan kehendak Allah di dunia adalah seperti orang yang sedang mengumpulkan harta di hadapan-Nya di surga.