Mencintai Tuhan Seperti Maria Magdalena

Senin, 22 Juli 2019 – Pesta Santa Maria Magdalena

940

Yohanes 20:1, 11-18

Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur.

Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis?” Jawab Maria kepada mereka: “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.” Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” Kata Yesus kepadanya: “Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: “Rabuni!”, artinya Guru. Kata Yesus kepadanya: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: “Aku telah melihat Tuhan!” dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.

***

Hari ini Gereja memperingati Pesta Santa Maria Magdalena. Dari namanya, perempuan ini kiranya berasal dari Magdala, sebab Maria Magdalena berarti Maria orang Magdala. Kota Magdala terletak di tepi pantai, di sebelah barat Danau Galilea. Dikenal sebagai kota industri perikanan dan perkapalan, serta pusat perdagangan hasil bumi dari berbagai tempat di sekitar Danau Galilea, kota ini dahulu begitu ramai dan sibuk, dan tergolong lebih makmur dibandingkan kota-kota lain di sekitarnya.

Injil tidak mengisahkan bagaimana pertemuan pertama Maria Magdalena dengan Yesus. Tidak ditemukan juga kisah tentang kunjungan Yesus ke Magdala. Namun, Yesus dikisahkan pernah mengunjungi Genesaret yang terletak tidak jauh dari Magdala dan menyembuhkan banyak orang di situ. Bisa jadi di situlah pertama kalinya Maria Magdalena bertemu Yesus, di mana saat itu Yesus memulihkannya dari gangguan tujuh roh jahat (LUk. 8:2). Selanjutnya, Maria Magdalena terus mendampingi Yesus dalam pelayanan-Nya, bahkan mengikuti-Nya sampai wafat di salib. Boleh dikatakan bahwa Maria Magdalena memiliki relasi yang sangat erat dengan Yesus, terutama dalam kegiatan-Nya mewartakan kabar keselamatan.

Dalam pesta yang kita rayakan hari ini, bacaan Injil berkisah tentang kedatangan Maria ke kubur Yesus setelah Ia wafat dan dimakamkan. Maria berdiri dan menangis di tempat itu, bukan hanya karena kematian Yesus, tetapi juga karena dia tidak menemukan jenazah Yesus di situ. Maria begitu sedih karena merasa kehilangan segala-galanya. Karena itulah, ketika Yesus yang bangkit berdiri di dekatnya dan menyapa, Maria tidak mampu mengenali-Nya. Kesedihan yang amat dalam memang sering kali membuat orang kalut. Mata dan pikiran tertutup rapat karenanya, sehingga yang bersangkutan tidak mampu lagi memahami situasi di sekitarnya, bahkan tidak mampu mengenali orang lain yang selama ini begitu dekat dengannya. Hal itulah yang dialami oleh Maria.

Namun, sapaan Yesus yang memanggil Maria dengan namanya menyadarkan Maria bahwa yang ada di hadapannya adalah Yesus. Dia mengenali suara itu dan secara spontan menjawab dengan sapaan yang biasa dia berikan pada Yesus, “Rabuni.” Demikianlah Maria menjadi saksi dan pewarta pertama kebangkitan Yesus.

Maria Magdalena adalah orang sederhana. Dia tidak termasuk orang penting, bahkan di kalangan para pengikut Yesus. Meskipun demikian, dia memiliki relasi yang sangat dekat dengan sang Guru. Secara istimewa, ia dipilih Yesus untuk menjadi saksi dan pewarta kebangkitan-Nya. Begitulah selalu cara Tuhan berkarya atas manusia. Ia senantiasa memilih dan memanggil orang-orang sederhana, orang-orang yang rendah hati, orang-orang yang dekat dan yang menggantungkan hidup mereka hanya kepada-Nya.

Apakah kita memiliki relasi dengan Tuhan? Apakah kita senantiasa memelihara relasi dengan-Nya agar selalu dekat? Apakah kedekatan kita dengan Tuhan juga mengundang kita untuk senantiasa menjadi pewarta kebangkitan-Nya dan penebusan yang telah dikerjakan-Nya atas diri kita? Semoga kita senantiasa mampu setia untuk berada dekat dengan Tuhan seperti Maria Magdalena.