Berjalan Beriringan Bersama Yesus

Kamis, 18 Juli 2019 – Hari Biasa Pekan XV

347

Matius 11:28-30

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”

***

Yesus hari ini bersabda kepada kita, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku.” Namun, bukankah kuk secara umum merupakan simbol dari suatu beban? Mengapa Yesus meminta kita untuk memikul kuk yang dipasang-Nya? Apakah itu berarti Ia sendirilah yang memberikan beban kehidupan kepada kita?

Istilah “kuk” yang disampaikan Yesus dalam perikop Injil hari ini diadopsi dari dunia pertanian. Kuk adalah kayu lengkung yang biasa dipasang di tengkuk sapi atau kerbau untuk menarik bajak maupun pedati. Pada zaman Yesus, kuk dipasangkan pada dua ekor sapi untuk membajak tanah. Ini adalah cara membajak tanah secara tradisional. Ketika sedang membajak tanah, dua ekor sapi atau kerbau yang dipasangi kuk akan berjalan beriringan sambil menarik bajak, sehingga beban pekerjaan mereka menjadi lebih ringan.

Demikianlah kuk yang dimaksudkan oleh Yesus bukanlah beban yang harus kita tanggung sendirian. Dengan mengatakan, “Pikullah kuk yang Kupasang,” berarti Yesus mengajak kita untuk berjalan beriringan dengan Dia, dan bersama-sama menarik beban, sehingga beban itu terasa ringan. Beban yang harus ditanggung sesungguhnya adalah beban kita sendiri, sebab Yesus sebelumnya berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat.” Tujuan Yesus memberikan kuk-Nya kepada kita adalah agar kita memperoleh kelegaan dan keringanan dalam menanggung beban itu, sebab Dia selalu berjalan di samping kita.

Setiap orang memiliki beban masing-masing yang harus ditanggungnya, misalnya saja pengalaman buruk, kekecewaan, beban pekerjaan, keretakan dalam rumah tangga, penyakit, dan lain-lain. Yesus secara personal memahami hal itu. Dia juga tahu bahwa perjuangan kita dalam menanggung beban-beban itu sungguh tidak mudah. Kadang-kadang kita bahkan sampai merasa frustrasi. Oleh karena itu, Yesus mengajak kita untuk berjalan beriringan bersama-Nya agar beban kita menjadi ringan. Ringan bukan berarti beban kita akan hilang atau diambil semua oleh Yesus. Beban jadi terasa ringan karena kita tahu bahwa kita tidak sendirian menanggungnya.

Saudara-saudari sekalian, mari bertanya pada diri kita masing-masing: apakah ketika sedang menanggung beban, kita datang kepada Yesus dan bersedia untuk berjalan bersama-Nya? Ataukah kita justru menjauh dari Dia dan mencari penghiburan dari hal-hal duniawi?