Matius 7:6, 12-14
“Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.”
“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.
Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.”
***
Dalam bacaan pertama (Kej. 13:2, 5-18) dikisahkan tentang kebijaksanaan Abram menyikapi situasi yang dihadapinya. Abram dan Lot, saudaranya, tinggal di tempat yang sama dan sama-sama memiliki banyak harta. Gembala-gembala yang bekerja bagi Abram sering berkelahi dengan gembala-gembala yang bekerja bagi Lot. Abram lalu mengusulkan jalan keluar yang bijaksana, yakni dengan mengadakan pembagian wilayah. Lot kemudian memilih tinggal di Lembah Yordan, sementara Abram tinggal di wilayah Kanaan. Usul itu dikemukakan Abram untuk memelihara persaudaraannya dengan Lot.
Sementara itu, Yesus dalam bacaan Injil hari ini mengemukakan tiga nasihat bijaksana. Pertama, Ia menasihatkan agar barang yang kudus jangan diberikan kepada anjing, dan mutiara hendaknya tidak diberikan kepada babi. Hal-hal yang berharga dan luhur semestinya jangan sampai dibuang secara sia-sia. Kalau hal itu tetap dilakukan, kerugian dan kerugianlah yang akan kita dapatkan. Hal-hal positif tidak boleh dihancurkan oleh pilihanatau tindakan yang keliru.
Kedua, jika seseorang ingin diperlakukan dengan baik oleh orang lain, hendaknya ia berlaku demikian pula kepada mereka. Kita dengan demikian perlu bijak dalam bertindak. Tindakan yang kita ambil dalam suatu waktu, akan berdampak pada perlakuan yang kita terima di lain kesempatan. Yang terjadi pada kita sering kali ditentukan oleh pilihan dan tindakan kita sendiri.
Ketiga, jalan kebaikan biasanya tidak diminati banyak orang. Ini karena jalan kebaikan biasanya sulit, menantang, serta menuntut orang untuk berkorban dan berusaha keras. Metafora “pintu yang sesak” yang dikemukakan Yesus bermaksud mengatakan bahwa orang hanya bisa meraih keberhasilan, kebahagiaan, dan suka cita sejati kalau dirinya berani memilih berlaku bijaksana meskipun jalan ini tidak banyak peminatnya. Tindakan-tindakan bijaksana yang dimaksud antara lain jujur, tekun, setia, mau bekerja keras, serta senantiasa mengusahakan pertobatan.