Terbuka Menerima Dia yang Diutus Allah

Kamis, 16 Mei 2019 – Hari Biasa Pekan IV Paskah

212

Yohanes 13:16-20

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.

Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku. Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku.”

***

Allah yang kita imani adalah Allah yang selalu dekat, menyapa, dan menyertai kita. Sejak awal mula penciptaan, tampak jelas bahwa Allah tidak hanya berkarya. Selain mencipta, Ia juga terus terlibat, menyelamatkan, dan menyertai umat manusia sampai akhir zaman.

Paulus dalam bacaan pertama (Kis. 13:13-25), di dalam khotbahnya mengingatkan kembali kepada banyak orang akan kasih penyertaan Allah. Allah telah membebaskan Israel dan membawa mereka keluar dari tanah Mesir menuju Tanah Terjanji. Allah kemudian menggunakan utusan-Nya, yakni para nabi dan bahkan Putra-Nya sendiri, untuk menyuarakan kehendak-Nya. Itulah yang disebut sejarah keselamatan. Sayang, dalam kenyataan, sapaan kasih Allah tersebut tidak selalu diterima baik oleh umat manusia.

Karena itu, dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menegaskan lagi, “Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku.” Yesus meyakinkan para murid bahwa mereka punya kuasa perutusan dari Allah sendiri melalui diri-Nya. Dari pihak para penerima utusan, sabda Tuhan hari ini juga mau mengajak kita dan semua orang untuk terbuka menerima siapa pun yang diutus Allah untuk menyuarakan kebenaran, keadilan, dan keselamatan. Tongkat estafet perutusan dalam sejarah keselamatan Allah terus berlangsung secara berkesinambungan.

Saudara-saudari yang terkasih, Allah hadir dalam setiap pribadi yang dipercaya dan diutus untuk menjaga dan menyertai kita. Dia yang diutus Allah pada zaman sekarang bisa jadi pasangan hidup kita, bisa jadi anak-anak kita, tetangga, atau orang-orang yang kita temui di pinggir jalan. Dengan cara masing-masing, mereka semua menginspirasi, mencerahkan, dan menggugah kesadaran kita akan Allah yang sungguh baik dan penuh kasih. Kita yakin bahwa Allah tidak berada nun jauh di sana, tetapi dekat dan hadir dalam kehidupan kita. Dengan rendah hati dan penuh keyakinan, mari kita bersikap terbuka, menerima setiap pribadi yang diutus Allah dalam kehidupan kita.