Percaya kepada Dia yang Diutus Allah

Senin, 6 Mei 2019 – Hari Biasa Pekan III Paskah

310

Yohanes 6:22-29

Pada keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat. Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya. Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus.

Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: “Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?” Yesus menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.” Lalu kata mereka kepada-Nya: “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” Jawab Yesus kepada mereka: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.”

***

Baru saja dipilih untuk melayani orang-orang miskin, Stefanus langsung menghadapi masalah serius (bacaan pertama hari ini, Kis. 6:8-15). Ia diseret ke pengadilan dengan tuduhan berat: melecehkan simbol-simbol utama agama Yahudi, yakni Bait Allah, Taurat, Musa, dan Allah sendiri. Para lawan tidak segan berdusta demi mengincar nyawa Stefanus. Mereka marah karena kalah berdebat dengannya. Berhadapan dengan Stefanus yang dikaruniai hikmat Roh Kudus, orang-orang itu sebenarnya punya kesempatan untuk percaya pada firman Allah yang diwartakannya. Namun, mereka menolak dan memilih untuk tidak percaya.

Tuntutan untuk percaya juga dilontarkan Yesus kepada orang banyak yang mencari-cari Dia setelah sebelumnya mengalami mukjizat penggandaan roti (Yoh 6:1-15). Jangan salah, mereka penuh semangat mengejar Yesus bukan karena percaya kepada-Nya. Yesus telah mengenyangkan mereka. Orang-orang itu berharap, Ia akan melakukannya lagi. Motif yang sangat dangkal, bukan? Sayang sekali, mereka tidak melihat peristiwa penggandaan roti sebagai tanda atau pernyataan kuasa ilahi. Karena itulah Yesus menegur dan mengajak mereka untuk bekerja demi makanan yang bertahan sampai kekal. “Pekerjaan” yang harus mereka lakukan adalah percaya kepada-Nya.

Yesus berasal dari Allah. Dia adalah Anak Allah yang diutus ke dunia untuk memperkenalkan kasih Bapa kepada manusia. Percayalah kepada-Nya, dengarkanlah Dia, dan persatukanlah diri kita dengan-Nya. Itulah yang dikehendaki Allah. Dengan itu, kita ambil bagian dalam kasih ilahi dan kehidupan kekal. Jadi, untuk menerima hidup kekal kita hanya diminta percaya kepada Yesus. Sekilas itu pekerjaan mudah. Namun lihatlah, banyak yang menolak Dia, banyak juga murid yang memilih meninggalkan Dia. Yang bertahan menjadi murid-Nya pun sering kali tingkah lakunya jauh berbeda dengan ajaran sang Guru. Jelaslah bahwa percaya kepada Yesus merupakan pekerjaan yang berat dan menantang!