Lukas 6:36-38
“Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.”
“Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang diguncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”
***
Kemurahan hati untuk mengampuni seseorang yang berada di sekitar kita tidaklah mudah, apalagi kalau pribadi tersebut selalu saja melakukan kesalahan yang sama. Orang-orang yang ada bersamanya sudah mengingatkan, mengadakan evaluasi, tetapi tampaknya ia tidak pernah sedikit pun berusaha untuk berubah. Yang terjadi justru sebaliknya. Ia tidak menghiraukan perasaan orang di sekitarnya, sengaja mengulangi kesalahan yang sama, seolah-olah memaksa yang lain untuk memaklumi perbuatan-perbuatannya itu. Dalam kasus ini, dengan mudah kita sering jatuh ke dalam sikap menghakimi.
Bacaan Injil hari ini mengingatkan kita: apabila kita menghakimi orang lain, ukuran yang sama juga akan mengenai kita. Menghakimi orang lain berarti melihat orang itu sebagai pihak yang bersalah. Segala kebaikannya tidak kita akui, bahkan tetap merupakan kekurangan di mata kita. Perasaan dan sikap negatif ini sedemikian kuat merasuki diri kita, sehingga kita tidak mampu melihat apa pun yang baik dan benar pada dirinya. Ketika situasi ini berkembang di suatu komunitas, efek dari semua itu ialah terjadinya konflik, perpecahan, jurang pemisah, serta hilangnya rasa damai, sukacita, dan syukur.
Tuhan menghendaki agar kita bermurah hati, “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” Murah hati pertama-tama menunjuk pada tindakan memberi, membantu, dan melayani orang lain dengan penuh sukacita. Perihal ini, Yesus memberikan perintah, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” (Mat. 7:12). Pedoman ini mesti dilakukan dalam segala situasi, termasuk ketika kita dihadapkan pada situasi yang tidak menyenangkan hati.
Bersikap murah hati berarti pula bersedia memberi pengampunan kepada sesama. Ingatlah bahwa ukuran yang kita pakai untuk memahami dan mengampuni sesama dipakai pula untuk mengukur pengampunan yang akan kita terima. Jika kita melakukan kebaikan, kebaikan akan kembali kepada kita. Hal yang sama berlaku untuk sebaliknya: jika kita melakukan kejahatan, kejahatan akan kembali kepada kita. Tanda yang paling jelas dari kemurahan hati ialah pengampunan. Kita harus mengampuni sesama yang bersalah, sebab Tuhan sudah lebih dahulu mengampuni kita. Memberi bantuan kepada orang lain dengan sukacita dan mengampuni sesama yang melakukan kesalahan adalah bentuk kekudusan.
Sebagai pengikut Yesus, marilah kita senantiasa bersikap murah hati, melayani Tuhan dengan ikhlas dan tulus. Kadang kita melayani, tetapi masih berharap mendapatkan balasan. Walaupun yang kita harapkan mungkin bukan materi, misalnya saja sekadar ucapan terima kasih, tetap saja kita menjadi resah ketika balasan yang kita harap tidak kita dapatkan. Semoga Masa Prapaskah memberi kekuatan kepada kita untuk tidak lagi bersikap demikian. Marilah kita semakin bermurah hati kepada setiap orang dengan perasaan lepas bebas.