Marilah Menyepi

Sabtu, 9 Februari 2019 – Hari Biasa Pekan IV

298

Markus 6:30-34

Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat. Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.

***

Hari ini kita mempunyai bacaan Injil yang sangat menarik. Diceritakan bahwa para rasul baru saja kembali dari perjalanan misi mereka. Mereka memberi tahu Yesus dengan penuh semangat tentang semua yang telah mereka lakukan dan ajarkan. Apa tanggapan Yesus terhadap mereka? “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah sejenak!”

Ketika saya merenungkan perikop Kitab Suci ini, saya teringat akan salah satu tulisan yang menyatakan demikian, “Melakukan perbuatan-perbuatan baik dan melayani orang miskin haruslah bagian dari iman dalam rangka ambil bagian dalam pelayanan Yesus. Oleh karena itu, perbuatan baik dan pelayanan itu mengalir keluar dari iman dan kerohanian kita. Tindakan belas kasih kepada orang miskin, gerakan untuk mempromosikan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan harus mengalir dari iman dan kerohanian yang kita kembangkan dari dalam.”

Ketika para rasul menceritakan dengan bangga keberhasilan misi mereka, Yesus melihat ada bahaya yang terselip dalam sukacita mereka. Mereka bisa jatuh pada kesombongan karena merasa telah melakukan hal-hal hebat. Mereka juga bisa terlena dengan puji-pujian dari banyak orang yang seharusnya pujian itu ditujukan kepada Allah yang telah memberi kuasa kepada mereka. Tidak ada lagi ruang bagi Allah di hati mereka. Karena itu, Yesus memerintahkan para rasul untuk pergi. Mereka harus berdoa, beristirahat, dan memperbarui diri dalam iman.

Saat ini sangat sulit bagi orang untuk menyepi sejenak. Orang disibukkan dengan bermacam-macam pekerjaan, kegiatan, bahkan teknologi. Banyak dari kita merasa perlu terhubung dengan ponsel atau internet selama 24 jam. Orang bekerja dari pagi sampai malam. Anak-anak disibukkan dengan berbagai macam kursus dan kegiatan belajar di sekolah. Mencari waktu untuk menyepi, berdoa, merenungkan sabda Tuhan, bahkan berkumpul dalam keluarga untuk berbagi pengalaman-pengalaman sukacita maupun derita adalah hal yang sulit.

Jika hidup kita diisi dengan kesibukan pekerjaan, kegiatan, dan gadget, kapan kita memiliki waktu untuk mendengarkan Tuhan dalam keheningan dan bersyukur atas rahmat-Nya? Paus Fransiskus mengatakan bahwa kita bisa mencapai kesucian melalui kegiatan-kegiatan harian kita. Hal ini bisa tercapai bila selama melakukan kegiatan-kegitan itu hati kita terarah kepada Tuhan. Kita hanya bisa mengarahkan hati kepada Tuhan bila kita juga memberi waktu dan ruang bagi Dia untuk berbicara kepada kita.

Seperti para rasul, di tengah kesibukan kita, marilah kita menyepi sejenak.