Markus 6:7-13
Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, roti pun jangan, bekal pun jangan, uang dalam ikat pinggang pun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju. Kata-Nya selanjutnya kepada mereka: “Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka.” Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.
***
Setelah ditolak di Nazaret, Yesus mengalihkan perhatian-Nya ke daerah pedesaan di Galilea. Ia berkeliling dari satu desa ke desa lain dan mengajar di situ. Mungkin karena inilah Ia lalu merasakan perlunya keberadaan orang-orang yang dapat mendukung karya-Nya. Yesus pun memutuskan untuk melibatkan murid-murid-Nya secara aktif, agar warta Kerajaan Allah menjangkau daerah yang lebih luas.
Para murid diutus-Nya pergi ke berbagai tempat berdua-dua. Tampaknya ini menggambarkan kebiasaan jemaat Kristen perdana yang biasa pergi merasul berdua-dua dalam rangka mewartakan agama Kristen. Dengan berdua, mereka bisa saling mendukung, apalagi menurut pandangan orang Yahudi, suatu kesaksian baru dianggap sah kalau dinyatakan oleh setidaknya dua orang. Sebelum pergi, para murid diberi kuasa atas roh-roh jahat. Sebagaimana Yesus berkuasa mengusir roh jahat dari dalam diri manusia, dengan pemberian kuasa itu para murid dimampukan untuk melakukan hal yang sama.
Bagian akhir perikop ini menggambarkan pelaksanaan tugas pengutusan tersebut oleh para murid. Rupanya ada tiga hal yang mereka kerjakan: (1) pewartaan Injil/Kerajaan Allah yang diharapkan membawa orang pada pertobatan; (2) pengusiran setan-setan; dan (3) penyembuhan orang sakit dengan pengolesan minyak. Pengusiran setan dan penyembuhan orang sakit menjadi tanda bahwa Kerajaan Allah sudah datang ke dunia.
Yang kiranya perlu mendapat perhatian lebih adalah bagian tengah perikop ini, yang berisi sejumlah petunjuk bagi para utusan. Dalam perjalanan ke daerah misi, banyak hal dilarang untuk dibawa, hanya sedikit yang diperbolehkan. Petunjuk ini pada dasarnya menuntut para utusan untuk fokus pada tugasnya. Hal-hal lain tak perlu dicemaskan karena Tuhan yang mengutus mereka, Dialah yang akan menyediakannya. Karena itu, bawalah barang yang perlu saja. Jangan seperti orang pindahan!
Langkah yang diambil Yesus sungguh tepat. Setelah sekian lama menyertai Dia, sudah saatnya para murid mandiri dan diutus untuk melaksanakan tugas yang sesungguhnya, yakni mewartakan Injil, mengabarkan kepada masyarakat di berbagai tempat bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Dengan keterlibatan mereka, kabar baik itu semakin cepat tersebar ke mana-mana. Dalam menjalankan tugas, para murid dilarang membawa ini dan itu. Mereka mesti tampil sederhana dan fokus pada tugas mereka. Masyarakat mesti disapa sedemikian rupa sehingga mereka mau mengubah haluan hidup mereka, mau bertobat agar layak menyambut hadirnya Kerajaan Allah.
Kita, murid-murid Yesus masa kini, mungkin tidak punya kemampuan menyembuhkan orang sakit, juga mengusir roh-roh jahat. Namun, kita tetap tidak bisa mengelak dari tugas perutusan untuk mewartakan Injil dan mengantar orang-orang pada pertobatan. Tentunya masih banyak hal lain yang bisa kita lakukan sesuai dengan situasi kita masing-masing.
Murid-murid Yesus juga jangan sampai lupa, kita diutus untuk mempertobatkan orang lain, baiklah itu dimulai dengan diri sendiri. Aneh jika kita yang mau mempertobatkan malah dosanya lebih banyak dari mereka yang dipertobatkan. Lebih aneh lagi kalau mereka mau bertobat, tapi kita sendiri malah enggan untuk itu. Kita memang murid-murid Yesus, tapi kita tak lepas dari dosa dan kekurangan. Mari kita mengakui hal itu, dan dengan rendah hati memohon pengampunan Tuhan. Semoga Dia yang mengutus kita, menguatkan dan mendampingi kita dalam menjalankan tugas perutusan yang kita emban.