Jangan Gagal Paham

Kamis, 24 Januari 2018 – Peringatan Wajib Santo Fransiskus dari Sales

653

Markus 3:7-12

Kemudian Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau, dan banyak orang dari Galilea mengikuti-Nya. Juga dari Yudea, dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang kepada-Nya, sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya. Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya karena orang banyak itu, supaya mereka jangan sampai menghimpit-Nya. Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya hendak menjamah-Nya. Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: “Engkaulah Anak Allah.” Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia.

***

Pasti kita mengenal ungkapan “gagal paham.” Ungkapan ini bisa kita artikan sebagai keadaan di mana seseorang kurang mampu mengerti atau memahami pembicaraan atau berita atau situasi tertentu. Tentu saja efek dari gagal paham adalah terjadinya kesalahpahaman.

Injil hari ini mengisahkan Yesus bersama para murid yang menyingkir ke danau. Di tempat Yesus menyingkir, banyak orang dari berbagai daerah datang kepada-Nya untuk mendengarkan Dia dan disembuhkan oleh-Nya. Orang-orang mendengar kabar tentang Yesus yang mengajar dengan penuh wibawa dan mampu membuat berbagai mukjizat.

Di bagian akhir ada satu pesan menarik. Dikatakan kalau roh-roh jahat tersungkur di hadapan Dia dan berteriak, “Engkaulah Anak Allah.” Dengan keras Yesus melarang mereka memberitahukan siapa diri-Nya. Larangan serupa kita temukan di bagian lain Injil Markus. Setelah menyembuhkan seorang kusta Yesus berpesan, “Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka” (Mrk. 1:44). Contoh lain kita temukan dalam peristiwa pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Mesias. Dikatakan bahwa Yesus lalu melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia (Mrk. 8:30).

Mengapa Yesus melarang diri-Nya diwartakan? Tentu saja larangan tersebut tidak bisa kita pertentangkan dengan perintah Yesus pada para murid setelah kebangkitan-Nya supaya mereka memberitakan Injil ke seluruh dunia (Mrk. 16:15) karena memiliki konteks yang berbeda. Bisa kita mengerti bahwa dengan larangan tersebut Yesus menghendaki agar orang-orang tidak salah paham akan siapa diri-Nya. Jangan sampai orang banyak dan para murid hanya mengerti Yesus sebagai guru yang hebat dan pembuat mukjizat. Jangan sampai pula pemahaman mereka tentang kemesiasan Yesus tidak lengkap. Yesus tidak mau orang gagal paham tentang diri-Nya.

Kita juga bisa mengalami apa yang disebut gagal paham dalam beriman. Contoh kecil, orang bisa merasa bahwa Tuhan tidak adil karena doa-doanya tidak didengar atau dikabulkan. Atau, ketika mengalami kesulitan, orang merasa bahwa Tuhan telah meninggalkannya. Orang yang demikian bisa disebut mengalami gagal paham dalam beriman, sebab ia mengira bahwa Tuhan harus selalu menuruti doa-doanya. Ia mengira pula kalau beriman pada Tuhan artinya hidupnya tidak akan mengalami kesulitan. Marilah kita masing-masing menanggulangi gagal paham dalam beriman, yakni dengan sikap berserah dengan segala kerendahan hati pada Tuhan karena Dialah pemilik hidup kita.