Markus 1:21b-28
Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: “Diam, keluarlah dari padanya!” Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya. Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: “Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya.” Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea.
***
Yesus dikisahkan memasuki Kapernaum bersama dengan murid-murid-Nya. Kota ini terletak di tepi Danau Galilea arah barat laut. Meski hanya kota kecil, posisi Kapernaum cukup penting, sebab termasuk dalam jalur perdagangan antara Mesir dan Siria. Bagi Yesus, Kapernaum juga punya peranan penting. Ia menetap di kota ini setelah meninggalkan Nazaret. Pada masa-masa awal, Yesus menjadikan Kapernaum sebagai pusat karya pewartaan-Nya.
Waktu itu hari Sabat. Yesus mengikuti ibadat di sebuah sinagoga yang ada di sana. Saat itu, Ia berkesempatan mewartakan Kerajaan Allah, sebab diberi waktu untuk tampil mengajar. Perhatikan reaksi para pendengar setelah mendengar ajaran Yesus. Mereka merasa “takjub.” Artinya, mereka merasa kagum, heran, terkejut, semuanya campur aduk menjadi satu. Bagi mereka, ajaran Yesus berbeda dengan yang biasanya disampaikan oleh para ahli Taurat. Lagi pula Yesus mengajar dengan penuh wibawa, sehingga membuat mereka semua ternganga dan terpana.
Tiba-tiba saja muncul orang yang kerasukan roh jahat. Ia berteriak-teriak agar Yesus tidak mencampuri urusannya. Ini adalah reaksi dari kekuatan jahat terhadap karya keselamatan Allah yang dikerjakan Yesus. Yesus menghadirkan Kerajaan Allah dan ini berarti kehancuran bagi mereka. Karena itulah roh jahat berusaha membongkar identitas Yesus serta misi apa yang dibawa-Nya. Dalam konteks Injil Markus, identitas Yesus harus dirahasiakan dan baru boleh diungkapkan pada saat terakhir, yaitu saat kematian-Nya di kayu salib. Pengungkapan sebelum waktunya bisa menimbulkan salah persepsi di kalangan masyarakat. Roh jahat sengaja melakukan ini guna menggagalkan tugas Yesus.
Yesus pun lalu bertindak tegas. Ia menghardik dan mengusir roh jahat itu. Akibatnya, roh tersebut menjerit-jerit karena dipaksa pergi. Perlawanannya sia-sia belaka. Yesus jauh lebih kuat dan lebih berkuasa darinya. Melihat mukjizat penyembuhan ini orang banyak kembali dibuat takjub. Tadi ajaran-Nya mengalahkan para ahli Taurat, sekarang Yesus bertindak dan membuat roh jahat tunggang langgang. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga orang-orang itu menyebutnya sebagai “suatu ajaran baru.”
Penginjil Markus dengan kisah ini terutama hendak menyatakan bahwa Yesus mengerjakan karya keselamatan Allah dan sabda-Nya sungguh penuh kuasa. Dimulai dengan pengajaran di sinagoga, perkataan-perkataan Yesus sudah membuat orang merasa takjub. Tidak berhenti pada kata-kata, pengajaran Yesus dilanjutkan dengan tindakan nyata, yakni dengan mengusir roh jahat. Itulah arti penting pengusiran roh jahat dalam perikop ini. Kata-kata Yesus bukanlah hampa belaka. Sabda-Nya penuh kuasa dan terbukti dalam kehidupan nyata. Sepatah kata saja Ia bersabda, roh jahat langsung enyah dari hadapan-Nya, dan keutuhan hidup seorang anak manusia dipulihkan kembali.
Yesus dengan demikian tidak hanya mewartakan datangnya Kerajaan Allah, tetapi juga menghadirkan Kerajaan Allah itu. Sabda-Nya terdengar, mukjizat-Nya terlihat. Membaca kisah ini, kita jangan hanya takjub dan melongo saja. Markus mengajak kita untuk menimbang-nimbang lebih lanjut: perkataan dan perbuatan Yesus sungguh penuh kuasa, jadi siapakah Dia sebenarnya? Kita semua diundang untuk menyadari pengalaman-pengalaman kita dengan Yesus, dan menjawab pertanyaan itu berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut.