Lukas 1:39-45
Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.”
***
Pada Minggu Adven IV, kita diajak untuk merenungkan mengenai makna sebuah perjumpaan. Di dalam kisah Injil Lukas, kita bisa melihat daya dari sebuah perjumpaan antara Maria dan Elisabet. Apa yang terjadi dalam perjumpaan ini?
Pertama, terucap sebuah ungkapan salam. Di dalam ungkapan salam ini terkandung sikap penerimaan antara Maria dan Elisabet. Kedua, penerimaan ini menimbulkan lonjakan penuh kegirangan pada rahim Elisabet. Hal ini terjadi karena Maria dan Yesus yang berada dalam kandungan Maria mau datang berkunjung padanya. Ketiga, situasi penuh sukacita ini menumbuhkan iman pada diri Elisabet.
Sambil merenungkan hal itu, saya teringat pada beberapa perjumpaan di dalam kunjungan lingkungan yang saya lakukan kepada kaum lanjut usia di paroki tempat saya bertugas. Oma-opa yang saya jumpai sungguh bergembira dan bersemangat karena bisa bertemu dengan pastor paroki mereka dan teman-teman selingkungan. Mereka bersedia bercerita apa pun tentang iman dan pengalaman mereka. Akhirnya, perjumpaan yang penuh sukacita ini ditutup dengan doa bersama.
Hari ini kita sudah semakin dekat dengan perayaan Natal. Kita akan dikunjungi oleh Maria dan Yesus sebagaimana yang dirasakan oleh Elisabet. Kita diajak untuk berefleksi bersama: apa yang harus kita siapkan untuk bisa mengalami perjumpaan yang indah dengan Yesus? Bukan kita yang mendatangi-Nya, tetapi Ia sendiri yang datang menyapa kita. Semoga kita semakin siap menyongsong kedatangan-Nya, sebagaimana Elisabet yang menerima-Nya, bersukacita, dan semakin beriman.