Memaknai Kedatangan Tuhan melalui Adoni-Bezek (2)

Hakim-hakim 1:1-8

157

Hakim-hakim dan ironi bangsa pilihan

Kitab Hakim-hakim merupakan kitab yang terdiri atas rangkaian kisah mengenai Israel yang dipimpin oleh para hakim. Nama kitab ini diambil dari sebutan hakim-hakim, yang mengacu pada pahlawan Israel yang bertindak sebagai pemimpin sipil dan militer. Alur narasi dalam kitab ini memang bersifat episodik: blok-blok cerita menuturkan perjuangan bangsa Israel dalam menaklukkan tanah Kanaan.

Tampak bahwa bangsa Israel, termasuk suku Yehuda, tidak sepenuhnya berhasil menduduki tanah yang dijanjikan Tuhan. Berbeda dari kitab Yosua yang menggambarkan bagaimana Israel menaklukkan seluruh tanah yang dijanjikan (Yos. 11:23; 21:43-45), kitab Hakim-hakim memperlihatkan kenyataan bahwa mereka masih terus berjuang menghadapi bangsa Kanaan. Bab pertama merupakan campuran kesaksian antara kemenangan dan kegagalan yang dialami generasi sesudah kepergian Yosua. Selain itu, banyak tantangan terhadap kekuasaan bangsa Israel dari kekuatan-kekuatan seperti Midian dan Amalek, Moab dan Amon, serta datangnya bangsa Filistin. Dalam sejarah yang tercatat dalam kitab ini, Israel digambarkan sebagai bangsa yang tidak setia kepada Allah.

Secara keseluruhan, kitab Hakim-hakim berbicara tentang kepemimpinan, kesetiaan, politik, dan Allah.[1] Namun, para ahli berbeda pendapat mengenai tujuan kitab ini. Tidak heran bahwa teka-teki menjadi istilah yang umum disematkan pada kitab ini. Sulit menemukan satu gagasan yang mewakili keseluruhan materinya. Bersama Trent Butler harus kita akui bahwa kitab Hakim-hakim merupakan karya sastra yang begitu kompleks, sehingga tidak mungkin dengan mudah direduksi menjadi semacam pernyataan tesis karya tulis atau satu kalimat yang menyatakan tujuan tunggalnya.[2]

Banyak kajian telah diterbitkan mengenai kitab Hakim-hakim. Menurut pandangan sebagian ahli, kitab ini terdiri atas bagian-bagian yang mewakili tradisi yang berbeda-beda. Ini mungkin yang menyebabkan kenapa kitab ini disebut kompleks. Namun, pengamatan lain juga memperlihatkan hal yang berbeda. Alih-alih terdiri atas fragmen-fragmen tradisi Israel, seluruh bab dalam kitab ini memiliki struktur yang utuh, sehingga mungkin saja kitab ini dihasilkan oleh satu pengarang.[3] Bagaimanapun struktur kitab Hakim-hakim diteliti, bagian pendahuluan memang memperlihatkan kejanggalan yang jelas mesti dikaitkan dengan perkembangan teks kitab ini.

Kejanggalan yang dimaksud ialah didapatinya dua tradisi yang menyebutkan kematian Yosua tetapi disatukan secara tidak rapi (Hak. 1:1 – 2:5 dan Hak. 2:5 – 3:6). Hak. 2:6-10 seperti mengulang Yos. 24:28-31, dan boleh dilihat sebagai penutup Yos. 24:1-27. Pengulangan semacam ini menurut pengamatan sebagian ahli merupakan gaya mengarang yang disebut “komposisi cincin.” Dengan komposisi ini, cerita seolah-olah terputus dengan munculnya keterangan selingan yang membantu pembaca lebih memahami situasi yang diungkapkan pada bagian selanjutnya.[4]

Jika demikian, kitab Hakim-hakim bisa dibaca sebagai karangan yang utuh tanpa perlu mengabaikan bahwa teks kitab ini mengalami perkembangan hingga bentuknya yang sekarang. Narasi Adoni-Bezek, juga kisah Akhsa (Hak. 1:10-15) dan penyerangan Betel (Hak. 1:22-26), bisa dibaca sebagai pengantar pada tema kekerasan, pengaruh perempuan, dan pengkhianatan yang akan mencirikan bagian-bagian kitab ini. Kisah-kisah kecil ini seperti menjadi sajian awal bagi pembaca untuk melihat bahwa umat Allah melakukan aksi tanpa melibatkan Tuhan. Ironisnya, itu pun dilakukan oleh pemimpin mereka sendiri.

(Bersambung)

[1] Trent C. Butler, Judges, Word Biblical Commentary Vol. 8 (Nashville: Thomas Nelson, 2009), lxxvii.

[2] Butler, Judges, lxxvii.

[3] Butler, Judges, li.

[4] P. Deryn Guest, “Judges,” in Eerdmans Commentary on the Bible, ed. James D. G. Dunn and J. W. Rogerson (Grand Rapids, MI: W.B. Eerdmans, 2003), 202.