Markus 16:15-20
Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.”
Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.
***
Baru-baru ini ada seorang misionaris awam asal Amerika Serikat yang mati dipanah oleh suku pedalaman Pulau Andaman di India. Jenazahnya mereka kubur di pantai. Pemerintah India memutuskan untuk tidak mengambilnya, demi mencegah konflik dengan suku tersebut. Si misionaris tentu berkeyakinan seperti Paulus, “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1Kor. 9:16, dari bacaan pertama hari ini). Sayangnya, ia mati sebelum mewartakan Injil. Mungkin saja ia terlalu naif dan salah strategi, tetapi darahnya tentu tidak tumpah percuma. Pepatah Latin mengatakan: sanguis martyrum, semen Christianorum. Artinya: “darah para martir adalah bibit umat Kristen.”
Hari ini kita mengenang Santo Fransiskus Xaverius, pelindung karya misi. Ia pernah disebut misionaris tebesar setelah Rasul Paulus. Memang, misinya luar biasa: dari India, Malaka, Indonesia (khususnya Ambon, Ternate, dan Morotai), Jepang, sampai berakhir saat ingin menginjili Cina. Ia taat pada perintah Tuhan yang bangkit, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakan Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan.”
Fransikus meninggalkan kehidupan mapan di negerinya (Spanyol) untuk mewartakan Injil dan membaptis ribuan orang di Asia. Pewartaannya mengubah gaya hidup para pendengarnya. Mengapa? Sebab ia menyapa hati mereka yang haus akan kebenaran dan kesejatian. Ia juga “berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru,” sebab ia mempelajari bahasa-bahasa tempat ia bekerja. Ia pelopor pewartaan iman yang mengakar dalam budaya setempat. Ia menghadirkan Injil yang membumi. Banyak juga kesaksian bahwa Fransiskus membuat banyak mukjizat dan penyembuhan.
Para martir dan misionaris mengajarkan kita banyak hal. Pertama, pewartaan Injil itu bukanlah tugas sampingan, tetapi tugas utama semua orang beriman. Itulah mandat Tuhan yang bangkit. Kita adalah orang celaka jika tidak mewartakan Injil. Kedua, hidup mereka menjadi bukti nyata bahwa hal mengikuti Tuhan itu bukan sesuatu yang di luar jangkauan. Semua orang dapat menjadi martir, pewarta, dan misionaris, sesuai dengan kemampuan dan lingkungannya. Ketiga, Tuhan bukan saja menugaskan kita, tetapi juga memampukan kita. Ia tidak memilih orang yang berkualitas, tetapi justru membuat berkualitas orang-orang yang dipilih-Nya. Pertanyaannya tentu saja: apakah Anda dan saya siap?