Lukas 21:25-28, 34-36
“Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.”
“Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.”
***
Kedatangan Tuhan biasanya dilukiskan dengan gaya bahasa yang khas: gejala hebat di langit menyangkut matahari, bulan, dan bintang-bintang, sekaligus ada kecemasan, ketakutan, dan kegemparan di bumi. Sayangnya, sering kali kita lupa bahwa ini hanyalah gaya bahasa. Kita tidak lagi membedakan gaya bahasa dari isi atau pesan yang mau disampaikan. Akibatnya, keguncangan di langit dan gejala-gejala alam yang ekstrem selalu saja dibaca dan dinantikan secara harfiah. Gempa bumi, perang, dan tsunami yang terjadi di bumi ini sering dilihat sebagai tanda-tanda akhir zaman. Sejak dahulu sampai kini, ramalan demi ramalan tentang akhir zaman terus saja dipercayai, meski berkali-kali tidak terbukti. Mungkinkah ini tanda kegelisahan dan ketidaksiapan kita?
Dengan gaya bahasa itu, penginjil sebenarnya ingin mengajak kita untuk menata hidup kini dan di sini. Ia mau menegaskan bahwa dunia ini pasti akan berakhir. Penguasa alam (matahari, bulan, dan bintang) dan dunia (pemerintah, terutama para tiran dan penindas) akan berakhir. Yesus, sang Anak Manusia, akan datang untuk memperbarui dunia dan menyelamatkan umat-Nya, khususnya mereka yang selama ini menderita dan ditindas. Menghadapi kedatangan Tuhan yang pasti itu, penginjil Lukas menegaskan bahwa kita harus mempersiapkan diri. Dengan cara bagaimana?
Pertama, tidak melarikan diri ke dalam kebahagiaan semu, seperti pesta pora dan kemabukan. Gaya hidup modern yang konsumeristis dan hedonis bagaikan narkoba yang membuat kita lupa akan sesama dan Tuhan, lupa bahwa hidup ini hanya persiapan untuk hidup yang lebih mulia.
Kedua, tidak terlalu sibuk memikirkan urusan hidup di dunia ini. Kita sibuk menambah dan menumpuk harta dan harkat, sampai lupa pada sesama dan Tuhan. Dia akan datang kapan saja, membuyarkan semua mimpi dan khayalan kita. Pada saat itulah akan terbukti bahwa semua andalan itu hanyalah semu dan sementara.
Ketiga, berdoa. Itulah sarana penting untuk menyambut kedatangan Tuhan. Dalam doa, kita yang lemah akan mendapat kekuatan. Doa adalah tanda bahwa kita berjaga-jaga mengandalkan Tuhan. Dengan kekuatan-Nya, kita tidak akan hancur oleh tekanan hidup dan penderitaan. Dengan doa, kita dapat “tahan berdiri di hadapan Anak Manusia” saat Dia datang.