Bait Allah yang Sejati

Selasa, 27 November 2018 – Hari Biasa Pekan XXXIV

392

Lukas 21:5-11

Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: “Apa yang kamu lihat di situ — akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”

Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: “Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?” Jawab-Nya: “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka. Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.”

Ia berkata kepada mereka: “Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit.”

***

Dalam suatu seminar bertema kebangsaan yang melibatkan tokoh-tokoh agama, seorang seniman muslim mengungkapkan pengalamannya demikian, “Dalam perjalanan hidup saya, saya pernah berkunjung ke gereja-gereja, dan memang seni di dalam Gereja Katolik itu luar biasa. Mau mendengarkan nyanyian-nyanyian yang merdu, di sana ada. Mau melihat ukiran-ukiran dan patung yang indah, di sana ada. Mau melihat lukisan-lukisan yang indah, di sana ada. Mau melihat bangunan-bangunan yang indah, ya bangunan gereja Katolik megah-megah dan semua indah.”

Gereja Katolik memang kaya akan seni keindahan, bahkan dalam sejumlah dokumen tentang liturgi diungkapkan bahwa seni memang harus diberi tempat di dalam Gereja karena seni merupakan kekayaan Gereja yang harus dijaga dan dikembangkan. Sadar atau tidak, kekayaan dan keindahan seni di dalam Gereja Katolik membuat orang terpukau dan kagum. Berbagai macam lukisan atau patung yang terpampang di dalam gereja sering kali merupakan buah karya seniman-seniman terkemuka. Karena itu, sangat wajarlah jika berbagai karya seni tersebut begitu mengagumkan.

Itu juga yang dialami oleh para murid dalam bacaan Injil hari ini. Para murid dan beberapa orang merasa kagum dengan keindahan dan kemegahan Bait Allah beserta pernak-pernik di dalamnya. Namun, ketika mereka mengagumi keindahan Bait Allah, Yesus justru mengatakan bahwa pada suatu saat, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur. Tentu hal ini sangat mengejutkan dan menimbulkan berbagai macam reaksi dari para murid dan orang-orang yang ada di situ. Oleh karena itu, ada murid yang langsung bertanya tentang kapan hal itu akan terjadi dan apa tanda-tandanya. Yesus kemudian mengungkapkan bahwa Bait Allah yang sejati itu adalah kehidupan manusia. Hal ini dapat kita pahami dengan istilah “gereja” dan “Gereja.” Kedua kata itu sama, tetapi memiliki makna masing-masing. Gereja dengan huruf g besar berarti persekutuan umat, sedangkan gereja dengan huruf g kecil berarti bangunan.

Menanggapi pertanyaan tentang kehancuran bait Allah, Yesus mengungkapkan tentang kekacauan yang akan terjadi, yaitu pemberontakan, peperangan, kelaparan, dan wabah penyakit. Itulah situasi yang akan mengiringi kehancuran Bait Allah. Yesus juga mengatakan, “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan.” Tersesat merupakan keadaan di mana orang tidak mampu berjalan di jalan yang benar, keadaan di mana orang-orang tidak bisa mengikuti kebenaran dan sang Kebenaran, yakni Yesus sendiri.

Dengan demikian, Yesus hendak mengungkapkan bahwa Bait Allah yang sejati adalah persekutuan jemaat dan juga setiap pribadi. Kekaguman pada bangunan Bait Allah tidak membawa orang pada keselamatan. Yang akan membawa setiap orang kepada keselamatan adalah perjuangan untuk menjaga Bait Allah yang sejati. Menjaga tutur kata dan perbuatan baik merupakan bentuk konkret memperjuangkan tegaknya Bait Allah yang sejati, yaitu diri kita sendiri. Sebaliknya, melakukan perbuatan yang tercela dan bertutur kata yang menyakiti sesama hanya akan menghancurkan Bait Allah yang sejati.