Persembahan Diri yang Total

Senin, 26 November 2018 – Hari Biasa Pekan XXXIV

348

Lukas 21:1-4

Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.”

***

Dalam bacaan Injil hari ini, persembahan seorang janda miskin dikatakan oleh Yesus sebagai persembahan yang lebih banyak daripada persembahan orang-orang lain. Kalau dilihat secara nominal, persembahan janda itu sangatlah kecil karena hanya dua peser. Pada zaman itu, peser merupakan satuan uang yang paling kecil di Israel. Hal ini menunjukkan bahwa secara jumlah, persembahan itu tidak berarti, mungkin bisa dibayangkan seperti seratus rupiah pada zaman sekarang. Apa yang bisa didapat dengan uang seratus rupiah sekarang ini?

Jika demikian, bagaimana persembahan janda itu dikatakan sebagai persembahan yang lebih besar dari persembahan-persembahan yang lain? Yesus berkata, “Sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang.” Bagi murid-murid Kristus, ungkapan tersebut merupakan ajakan untuk mempersembahkan diri kepada Tuhan, sebagaimana diteladankan oleh janda miskin tersebut. Persembahan si janda miskin menjadi istimewa karena totalitas yang ada di balik persembahan itu.

Janda di kalangan masyarakat Israel pada zaman Yesus – bahkan sudah sejak Perjanjian Lama – merupakan kelompok masyarakat yang kurang diperhitungkan. Dalam situasi masyarakat patrilineal, di mana segala sesuatu ditentukan atas dasar garis keturunan laki-laki, seorang wanita yang ditinggal mati suaminya sama artinya kehilangan hak-haknya sebagai warga masyarakat. Seorang janda akhirnya harus menyandarkan hidupnya kepada belas kasih dan perhatian jemaat di mana dia berada.

Itulah konteks perkataan Yesus, “Janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.” Apa yang dimiliki oleh seorang janda, sehingga dia bisa memberikan persembahan? Jika seorang janda bisa memiliki uang, tentu akan sangat berguna kalau uang itu dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, di sini justru diceritakan bahwa janda tersebut mempersembahkan seluruh nafkahnya. Ini berarti janda itu mempersembahkan dan menyandarkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan.

Allah tidak memperhitungkan soal jumlah, nominal, dan kuantitas persembahan kita. Itu semua merupakan perhitungan manusiawi yang mungkin dipakai ketika seseorang ingin memberi sumbangan kepada tetangga yang sedang memiliki hajat. Totalitas persembahan diri kepada Allah tentu melampaui perhitungan-perhitungan manusiawi. Ketika persembahan diri masih diukur dengan jumlah, itu artinya totalitas belum terwujud. Jadi, Allah tidak melihat jumlah, tetapi Ia menanyakan tentang totalitas manusia dalam mempersembahkan diri kepada-Nya. Mari kita meneladani si janda miskin. Janda ini mempersembahkan apa yang ia miliki secara total, yaitu dirinya sendiri.