Kunci Memahami Injil Lukas: Belas Kasih

Rabu, 21 November 2018 – Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Dipersembahkan kepada Allah

624

Lukas 19:11-28

Untuk mereka yang mendengarkan Dia di situ, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka, bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan. Maka Ia berkata: “Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali. Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali. Akan tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami. Dan terjadilah, ketika ia kembali, setelah ia dinobatkan menjadi raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing. Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota. Dan hamba yang ketiga datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan. Sebab aku takut akan tuan, karena tuan adalah manusia yang keras; tuan mengambil apa yang tidak pernah tuan taruh dan tuan menuai apa yang tidak tuan tabur. Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri. Engkau sudah tahu bahwa aku adalah orang yang keras, yang mengambil apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku tabur. Jika demikian, mengapa uangku itu tidak kauberikan kepada orang yang menjalankan uang? Maka sekembaliku aku dapat mengambilnya serta dengan bunganya. Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang satu itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu. Kata mereka kepadanya: Tuan, ia sudah mempunyai sepuluh mina. Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya. Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku.”

Dan setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.

***

“Aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri,” demikianlah kata-kata yang keluar dari mulut seorang bangsawan dalam perumpamaan tentang akhir zaman yang diajarkan Yesus hari ini.

Salah satu keunikan Injil Lukas adalah penggambaran yang luar biasa tentang belas kasih, baik yang berasal dari Allah maupun dari manusia. Karena itulah Injil Lukas sering disebut sebagai “Injil Belas Kasih.” Perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati (Luk. 10:25-37) adalah contohnya. Perumpamaan ini menggambarkan bagaimana belas kasih dipakai sebagai ukuran untuk menjadi sesama manusia. Contoh lain adalah perumpamaan tentang anak yang hilang (Luk. 15:11-32). Di sini kita melihat bagaimana seorang bapa menunjukkan belas kasih kepada anaknya, meskipun anak itu tidak pantas lagi disebut anak karena telah melakukan kesalahan yang sangat berat.

Dalam kisah-kisah di atas tampak sekali diperbandingkan tindakan kasih dengan tindakan melawan kasih. Dalam kisah anak yang hilang, si sulung tampil sebagai tokoh antagonis. Dia yang hidup dalam kelimpahan ternyata malah tidak merasakan kebahagiaan. Dia iri hati terhadap sang adik yang diterima kembali oleh bapanya. Demikian juga dalam kisah orang Samaria yang murah hati. Di situ imam dan orang Lewi ditampilkan sebagai pihak yang tidak menunjukkan belas kasih.

Di sisi lain, dalam Luk. 6:37-38, Yesus secara terpisah juga mengajarkan, “Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni … Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” Di sini tampak sekali bahwa Lukas tertarik untuk mengangkat dalam Injilnya pengajaran-pengajaran Yesus yang berkaitan dengan cara hidup jemaat, khususnya bagaimana bersikap terhadap sesama.

Dalam bacaan Injil yang kita dengar hari ini dikisahkan tentang hamba yang tidak menjalankan uang yang dipercayakan kepadanya. Ia malah menyimpan uang itu dalam sapu tangan. Alasan tindakan itu adalah rasa takut dan prejudice kepada sang tuan. Ia memandang tuannya sendiri sebagai manusia yang keras, pemeras, dan jahat. Manusia seperti hamba ini tidak akan berkembang dalam kasih, sebab ia tidak menggunakan kasih dalam melihat orang lain.

Hal itu tentunya berbeda sekali dengan hamba-hamba lainnya, yang mampu menjalankan uang yang dipercayakan kepada mereka sehingga menjadi berlipat ganda. Mereka melihat tuannya sebagai pribadi yang berbelas kasih. Tidak heran, mereka pun memperoleh belas kasih yang lebih berlimpah lagi. Belas kasih yang kita berikan kepada orang lain ternyata amat sangat menentukan bagaimana nasib dan masa depan kita kelak.