Menjadi Murid Yesus yang Sejati

Rabu, 7 November 2018 – Hari Biasa Pekan XXXI

1645

Lukas 14:25-33

Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.

Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya.

Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.”

***

Orang-orang Kristen mengaku diri sebagai pengikut Kristus. Namun, untuk menjadi murid Yesus yang sejati tidaklah sesederhana menerima pembaptisan saat kanak-kanak, atau lulus masa katekumenat lalu menerima pembaptisan dan krisma. Tidak otomatis pula orang yang taat dengan tradisi kekatolikan – seperti mengikuti perayaan Ekaristi, aktif dalam kegiatan Gereja, dan tekun membaca Kitab Suci – sudah menjadi murid Yesus yang sejati.

Hari ini Yesus menegaskan ada tiga tuntutan yang harus dipenuhi agar kita menjadi murid-Nya yang sejati. Tuntutan pertama, kesediaan menomorsatukan Yesus dalam hidup kita. Kata “membenci” ayah, ibu, dan keluarga tidak dimaksudkan untuk dilakukan secara harfiah, sebab musuh pun harus kita kasihi (bdk. Luk. 6). Di sini, seorang murid dituntut untuk berani mengutamakan Yesus, sang Guru, daripada keluarga, bahkan dirinya sendiri. Hal demikian sangat nyata dalam kesaksian iman para martir. Contoh lain, masih segar dalam ingatan kita, kesaksian heroik Antonius Gunawan Agung, petugas menara air traffic control bandara Palu yang berdedikasi pada tugasnya sampai akhir demi keselamatan penerbangan saat gempa besar menggoyang Palu.

Tuntutan kedua, kesediaan untuk memanggul salib dan mengikuti Yesus. Aneka penderitaan sebagai konsekuensi mengikuti Yesus mesti kita tanggung bila kita hendak menjadi murid-Nya yang sejati. Pasangan suami-istri harus berjuang mewujudkan janji setia yang mereka ikrarkan di hari perkawinan; para pegawai mungkin diasingkan di tempat kerja, bukan karena mereka tidak kompeten, melainkan karena mereka mau konsisten dengan nilai-nilai yang diajarkan Yesus. Perlu dicatat bahwa banyak orang mau mengikuti Yesus ketika Ia dimuliakan, tetapi kemudian segera meninggalkan Dia dalam perjalanan menuju Kalvari.

Tuntutan ketiga adalah rela melepaskan diri dari ikatan harta. Ini artinya harta dilihat sebagai hal yang relatif dan yang mempunyai nilai sosial untuk membantu mereka yang lebih membutuhkan. Jemaat perdana mengalami hal ini. Mereka dianiaya dan kehilangan harta karena mengikuti Kristus.

Karena itu, mereka yang mau mengikuti Yesus terlebih dahulu diajak untuk mempertimbangkan diri, seperti orang yang duduk menghitung-hitung anggaran biaya sebelum membangun menara, atau seperti seorang raja yang menghitung kekuatan militernya sebelum maju berperang. Membaca dan merenungkan ketiga tuntutan ini, kita yang sudah memilih menjadi pengikut Kristus ditantang untuk “naik kelas” agar menjadi murid Yesus yang sejati, yakni dengan memenuhi tuntutan-tuntutan tadi. Bila mengandalkan kekuatan sendiri, tuntutan-tuntutan itu tentu tidak akan mampu kita penuhi. Karenanya mari kita memohon rahmat Tuhan agar kita dimampukan oleh-Nya untuk menapaki jalan kemuridan ini.