Bebas

Senin, 29 Oktober 2018 – Hari Biasa Pekan XXX

142

Lukas 13:10-17

Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat. Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: “Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.” Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah. Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: “Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat.” Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: “Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman? Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?” Dan waktu Ia berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu dan semua orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia, yang telah dilakukan-Nya.

***

Bebas mungkin menjadi kerinduan dan sekaligus harapan bagi sebagian besar orang. Orang yang mendekam dalam jeruji penjara rindu untuk bisa bebas dan menghirup udara segar di luar. Orang yang dihantui oleh trauma masa lalu rindu untuk bebas dari ketakutan akan bayang-bayang masa silam yang menghantui. Orang yang lama dirundung sakit fisik pastinya juga rindu untuk bebas dari belenggu penyakit yang mengekang gerak hidupnya itu.

Yang terakhir inilah yang kiranya menjadi harapan dari seorang perempuan yang sudah delapan belas tahun kerasukan roh jahat. Kerinduan itu pada akhirnya dipenuhi oleh Yesus. Dibebaskan-Nya perempuan itu dari kuasa roh jahat, meskipun dengan demikian Yesus melanggar peraturan tentang hari Sabat dan mengundang komentar dari banyak orang di sekitar-Nya.

Menurut aturan, pada hari Sabat, orang tidak diperkenankan untuk melakukan apa pun. Banyak orang lalu berpikir bahwa berbuat baik seperti menolong orang pun dilarang dilakukan pada hari Sabat. Yesus melepaskan diri dari konsep yang sempit seperti itu. Dia juga tidak terbebani oleh komentar dan omongan banyak orang. Dengan penuh kebebasan, Yesus melepaskan perempuan itu dari penderitaan yang sudah berkepanjangan.

Saudara-saudari yang terkasih, tanpa disadari kita sering kali terbelenggu: terbelenggu dari dan terbelenggu untuk. Pada akhirnya, semua itu membuat kita tidak bebas. Peraturan sering kali justru membelenggu kita, bukan membebaskan kita. Komentar atau omongan orang-orang di sekitar kita, juga egoisme dan narsisme sering kali membelenggu kita untuk berbuat bagi bagi orang lain. Mari kita lihat diri kita masing-masing: belenggu-belenggu apa yang menghalangi niat dan tindakan kita untuk berbuat baik? Bersama dengan perempuan yang dibebaskan Yesus, marilah kita memohon semoga Yesus juga membebaskan kita dari cengkeraman roh jahat yang mengajak kita untuk mementingkan diri dan mencari kemegahan diri.